Monday, April 28, 2014

86 Giveaway Winner

Yaaay!!!

Satu giveaway lagi sudah ditutupp!!!!
Langsung aja... pemenangnya... adalaah...

Didik Ismawanto!!!

Selamat ya.
Silahkan e-mail saya di martina.s.daruli@gmail.com dengan subject "86" berisi: nama, alamat, nomor telepon untuk pengiriman hadiahnya.

Buat yang belum beruntung, semoga lain kali beruntung. Jangan menyerah!!


Saturday, April 19, 2014

86 + Giveaway

Pengarang: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2011
Halaman: 252


Arimbi adalah seorang juru ketik di sebuah pengadilan negeri di Jakarta. Hidupnya pas-pasan. Gajinya hanya cukup untuknya menyewa kontrakan sederhana yang gerah di gang sempit yang selalu padat setiap jam kerja. Hidupnya monoton, hanya kerja-istirahat-kerja-istirahat. Namun, kedua orang tuanya yang petani di desa sangat membanggakannya. Arimbi dicap sebagai orang yang sukses merantau ke ibu kota hanya karena berhasil mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah dengan seragamnya yang khas. Setiap Arimbi pulang ke desa, orang tua dan juga tetangga-tetangganya hanya menghujaninya dengan rasa kagum dan bahkan menitipkan harapan sedemikian besar kepada Arimbi.

Suatu hari, Arimbi baru mengetahui kalau ternyata kenikmatan menjadi pegawai pengadilan bukanlah terletak di gajinya yang hanya sedikit itu, melainkan di penghasilan "sampingan"-nya. Arimbi mulai bermain-main dengan pengacara dan pihak-pihak yang bersengketa di pengadilan. Ia mulai menggunakan aksesnya terhadap putusan pengadilan untuk mendapatkan uang dari pihak-pihak yang membutuhkan. Dengan uang, salinan putusan bisa didapatkan dengan lebih cepat. 86 istilahnya. Namun, seperti tupai yang sepintar-pintarnya melompat suatu hari jatuh juga, Arimbi beserta atasannya, Bu Danti, akhirnya tertangkap KPK ketika menerima uang suap dari seorang pengacara terkait kasus korupsi. Arimbi kini dipenjara.

Namun, dalam penjara pun bukan berarti kisah Arimbi selesai. Ia mendapatkan kabar bahwa ibunya di desa terkena gagal ginjal dan harus dioperasi. Ayahnya telah menjual kebun mereka dan kini kekurangan uang. Arimbi harus menolong kedua orang tuanya. Hanya ialah tumpuan harapan kedua orang tuanya. Namun bagaimana ia bisa menolong sedangkan ia dipenjara?

Bagaimana kisah Arimbi dan 86-nya selanjutnya?


Sunday, April 13, 2014

Pengumuman Pemenang Novel Kei

Tiba saatnya pengumuman pemenang giveaway novel Kei bertanda tangan Erni Aladjai!!!!

Dan pemenangnya adalah..

Asy-Syifaa Halimatu Sadiah

Selamat ya.

Silahkan kirim e-mail ke martina.s.daruli@gmail.com dengan subject Kei berisi nama, alamat lengkap, dan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk keperluan pengiriman hadiah.

Untuk peserta lainnya, jangan kecewa dulu. Dalam waktu dekat saya akan ada giveaway lagi. Semoga beruntung!

Wednesday, April 9, 2014

De Winst

Pengarang: Afifah Afra
Tahun terbit: 2008
Halaman: 336

Raden Mas Rangga Puruhita Suryanegara kembali ke Solo, tanah kelahirannya, setelah studi di negeri Belanda selama 8 tahun. Namun sebelumnya, dalam perjalanannya kembali, di kapal, ia bertemu sosok wanita Belanda cantik dan pintar serta calon pengacara yang mengajaknya berdiskusi mengenai berbagai hal. Everdine Kareen Spinoza, nama gadis yang dengan cepat menarik hati Rangga itu. Sayang, mereka harus berpisah. Kareen ke Bandung, Rangga ke Solo.  Sebelum berpisah, Kareen memberikan jam horloge kepada Rangga sedangkan Rangga memberikan cundrik keluarganya kepada Kareen.

Di Solo, Rangga telah dipersiapkan Sang Rama alias KGPH Suryanegara, seorang pangeran keraton Solo, untuk bekerja di pabrik gula milik bangsa Belanda, De Winst. Sang Rama adalah pemilik sebagian saham De Winst dan mengharapkan bahwa dengan masuknya Rangga ke perusahaan itu, maka kesejahteraan buruh-buruh pribumi akan dapat terangkat. Selain itu, Rangga juga kembali diperhadapkan dengan perjodohan yang telah diatur sejak kecil, dengan sepupunya, RR Sekar Prembayun.

RR Sekar Prembayun telah tumbuh menjadi wanita yang cantik namun keras kepala. Mulutnya ketus dan tingkah lakunya liar untuk ukuran putri-putri Solo. Ia adalah pendukung pergerakan nasional dan memandang rendah Rangga yang dinilainya sebagai pribumi antek Belanda--bersekolah di Belanda bukan untuk kemajuan bangsanya melainkan untuk kesejahteraan dirinya semata. Belakangan, Rangga mengetahui kalau Sekar memiliki hubungan dengan para pribumi yang dengan giat melawan kesemena-menaan pabrik De Winst dan Belanda, Kresna dan Pratiwi.

Rangga sebenarnya ingin membela bangsanya, namun dengan cara yang berbeda dari Sekar. Menurutnya, agar bisa maju, yang dibutuhkan bangsanya bukan hanya kemerdekaan secara politis namun juga kemerdekaan secara ekonomi. Dan itulah yang diperjuangkan Rangga melalui keberadaannya di De Winst. Sayangnya, jalan tidak selamanya mulus. Pimpinan De Winst yang murah hati, Edward Biljmer, harus kembali ke Belanda dan digantikan oleh seorang Belanda angkuh dan otoriter bernama Jan Thissje, yang tak lain adalah suami Everdine Kareen Spinoza. Selain melawan kesemena-menaan Jan Thissje, Rangga pun harus melawan patah hatinya terhadap Kareen.

Bagaimana kelanjutan perjuangan Rangga dalam membela bangsanya?

Friday, April 4, 2014

Kei

Pengarang: Erni Aladjai
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 250

Kisah Kei dibuka pada bulan November 2001, ketika Namira hendak pulang ke kampung halamannya di Kepulauan Kei dari Makassar. Dua tahun sebelumnya, ia terpaksa mengungsi ke Makassar setelah kerusuhan antarumat beragama yang berasal dari Ambon, pecah di kampung halamannya. Kini, ia rindu untuk kembali ke tanah kelahirannya dan juga untuk menemui orang-orang yang ia sayangi di sana.

Ain ni ain manut ain mehe ni tilur, wuut ain mehe ni ngifun -- kita semua bersaudara, kita adalah telur-telur yang berasal dari ikan yang sama dan seekor burung yang sama pula.

Sebelum kerusuhan tahun 1999, penduduk Kei adalah penduduk yang hidup dalam damai dan toleransi. Walau penduduknya terbagi dalam tiga agama besar: Islam, Katolik, dan Kristen, semua dapat hidup berdampingan karena memegang teguh adat bahwa semuanya bersaudara. Namira, yang beragama Islam, juga percaya hal itu. Sahabatnya, Mery, adalah pemeluk agama Katolik. Ketika kerusuhan melanda Kei, sebenarnya tidak ada yang tahu siapa yang memulai dan kenapa. Kerusuhan itu adalah buntut dari kerusuhan yang terjadi lebih dulu di Ambon, dan juga terlebih dahulu terjadi di Jakarta, ibu kota Indonesia. Pada saat itu terbagi dua kelompok: Kelompok Merah (Kristen) dan Putih (Islam) yang saling membantai dan juga membantai penduduk di kampung-kampung di Kei yang sebelumnya damai. Namira terpisah dari ibunya dan mengungsi ke Langgur. Di sana, ia bertemu Sala, seorang pemuda Kristen yatim piatu yang juga mengungsi dari desa Watran dan kini membantu para pengungsi lainnya.

Di Langgur, Namira dan Sala seperti mendapatkan saudara. Dengan mudah mereka menjadi dekat dan menjalani hari-hari di pengungsian dengan penuh optimisme. Mereka kemudian jatuh cinta dan, tanpa memedulikan perbedaan agama, Sala melamar Namira. Namun, kerusuhan akhirnya mencapai Langgur. Namira, yang mengungsi ke tempat Mery di Evu, terpaksa berpisah dengan Sala yang tinggal di Langgur. Hari-hari penuh ketakutan kembali mencekam. Pada akhirnya, kerusuhan juga sampai ke Evu, dan lagi-lagi Namira terpaksa mengungsi ke Makassar, meninggalkan tanah kelahirannya, kerabat, dan Sala.

Dua tahun kemudian, kerusuhan di Kei sudah mereda. Berhasilkah Namira pulang ke pelukan orang-orang yang ia cintai?