Wednesday, January 21, 2015

Walking After You


Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2014
Halaman: 318

Ketika An melamar kerja sebagai asisten koki di toko kue milik sepupunya, Afternoon Tea, An tidak pernah menduga kalau membuat kue akan sangat sulit. Dulu, An memang lebih fokus menjadi koki masakan Italia, dan ia pikir membuat kue tidak akan lebih sulit daripada membuat masakan Italia. Ternyata, pikirannya salah. Memang sejak dulu membuat kue adalah keahlian saudara kembarnya, Arlet, bukan dirinya.

Koki kebanggaan Galuh itu memang kelewat serius. Sikapnya benar-benar kaku. Seolah-olah, dia tidak menikmati hidupnya. Seakan-akan, dia tidak tahu bagaimana cara bersenang-senang. Dan, karena itu, aku sangat suka menggodanya.

Di Afternoon Tea, An memiliki atasan yang genius namun dingin, Julian, yang ternyata menganggap keberadaan An justru menyusahkan. Julian tidak membutuhkan asisten, apalagi yang ceroboh seperti An. Namun An tidak mudah menyerah. Dengan sifatnya yang ceria, ia tetap bertahan dan berlatih untuk menjadi koki kue yang baik. Ia senang menggoda Julian, yang pipinya merona merah dan jadi salah tingkah setiap kali digoda.

Keadaan mulai berubah ketika lelaki dari masa lalu An datang. Jinendra namanya. Masa lalu yang An miliki bersama Jinendra dan juga melibatkan Arlet adalah masa lalu yang ia ingin lupakan, karena hal itu menyakiti Arlet. Dan apa yang menyakiti Arlet juga menyakiti An. Jinendra ingin An kembali memasak masakan Italia untuknya, atau sekadar kembali ke impian lama An, karena impian yang An jalani kini adalah milik Arlet. Namun An tidak ingin menyerah begitu saja. Ia bertekad mewujudkan impian Arlet. Sampai akhirnya ia sadar kalau apa yang ia lakukan justru menghancurkan impian Arlet dan dirinya.
"Kau tidak pernah ingin menjadi koki kue. Aku tidak melihat impian itu dalam dirimu. Itu impian saudara kembarmu, dan aku berani bertaruh untuk itu juga. Dan lagi, sejak kapan kau bekerja di Afternoon (Tea) bukan untuk main-main? Kau main-main setiap waktu."
Bagaimana kisah An di Afternoon Tea selanjutnya?

Sunday, January 18, 2015

Tangled


Pengarang: Emma Chase
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2013 / 2014 (terjemahan Indonesia)
Halaman: 330

PERHATIAN: BUKU DEWASA

Sudah seminggu Drew Evans tidak keluar apartemen. Apartemennya bau, berantakan. Kerjanya hanya tiduran, merasa mual dan pusing. Drew Evans percaya ia sakit influenza. Tapi hanya dia yang percaya itu.

Empat bulan sebelumnya, semuanya dimulai.

Drew Evans empat bulan yang lalu adalah seorang playboy yang percaya diri. Bagaimana tidak, ia tampan, berduit, dan wanita di sekelilingnya selalu memberikan diri untuk memuaskannya. Ia adalah Drew Evans, seorang partner dari bank investasi terkemuka, Evans, Reinhart, and Fischer, sebuah perusahaan yang didirikan ayah Drew dan kedua temannya. Drew tidak pernah jatuh cinta, ia percaya hubungan dengan wanita hanya demi kebutuhan fisik semata. Sampai ia bertemu seorang gadis berambut cokelat di bar yang menolaknya.

Katherine Brooks atau Kate adalah wanita yang menolak Drew, yang membuat Drew tidak bisa berhenti membayangkan wanita itu. Namun sayang, wanita itu ternyata adalah associate terbaru di kantor Drew. Keberadaan Kate yang sangat dekat dengan Drew namun terlarang--karena mereka satu kantor dan Kate sudah bertunangan--semakin membuat Drew penasaran. Apalagi Kate sangat keras kepala dan menyebalkan, namun juga pintar dan seksi. Lewat persaingan dan perdebatan, tanpa disadari, Drew semakin ingin memiliki Kate--untuk waktu lebih dari satu malam.

Lalu kenapa Drew bisa berakhir dengan "sakit influenza" di apartemennya?

Friday, January 2, 2015

Happily Ever After


Pengarang: Winna Efendi
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2014
Halaman: 356

Lulu adalah seorang putri di negeri dongeng. Setidaknya, itulah yang ia rasakan di rumah. Hidup di bagian teratas rumah kayu ciptaan ayahnya yang seorang tukang kayu/arsitek dan dibesarkan dalam dongeng-dongeng dunia yang memikat seperti Beauty and the Beast, The Little Mermaid, dan sebagainya. Sayang, kehidupan di sekolah tidak seindah di rumah. Sahabat baiknya, Karin, tiba-tiba berubah dan berbalik memusuhinya. Karin yang dulu sama-sama kutu buku, kini menjelma cantik, merebut pacar Lulu, Ezra, dan selalu menjahati Lulu. Anak-anak lain juga gemar mengerjai Lulu, menyebutnya Lucifer atau Penyihir. Di sekolah, Lulu lebih senang menyendiri. Hanya pada ayahnyalah Lulu mendapatkan kekuatan dan kehangatan, untuk melupakan segala kejadian buruk di sekolah.

Suatu hari, ayah Lulu jatuh sakit. Kanker hati. Hari-hari Lulu kemudian diwarnai oleh kunjungan ke rumah sakit. Kecemasan membayangi keluarga Lulu. Ayahnya yang dulu selalu menjadi pelindungnya, memberikan kehangatan lewat pelukan dan cerita-ceritanya, kini justru membutuhkan perhatian dari Lulu dan ibunya. Lulu dituntut untuk kuat demi ayahnya.

Di rumah sakit, Lulu bertemu dengan seorang anak lelaki botak, kurus, namun sangat ceria dan memiliki semangat hidup tinggi. Eli namanya. Eli menderita tumor otak stadium dini. Dengan cepat, keduanya menjadi akrab. Eli mengajak Lulu menjelajahi rumah sakit dan berkenalan dengan anak-anak penderita kanker. Eli gemar membuat bucket list, atau daftar keinginan untuk dipenuhi suatu hari nanti. Eli juga gemar mengabadikan semangat hidup orang-orang di sekitarnya melalui foto polaroid. Lulu menemukan kekuatan baru melalui diri Eli, kekuatan untuk menghadapi cobaan yang sedang menimpanya.

Hari-hari berlalu. Keadaan ayah memburuk. Harapan semakin menipis. Lulu semakin ketakutan. Dan Lulu juga takut kalau suatu hari Eli, yang perlahan-lahan semakin disayanginya, juga akan meninggalkannya. Tidak adakah kebahagiaan untuk Lulu?