Monday, September 28, 2015

Review Marathon - Jake & Melly

Pengarang: Anna Anderson
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 239

Melly adalah pembuat kue yang tinggal seorang diri di apartemennya yang suram. Setiap hari, ia mendengarkan lagu-lagu lama yang sedih seorang diri. Dulu ia tidak seperti ini. Dulu ia adalah Melly yang ceria, yang memiliki tunangan yang mencintainya, dan juga hampir memperoleh karir yang diimpikannya. Namun semua berubah oleh penyakit yang membuatnya menjadi cacat.

Semua berubah ketika Melly mengantarkan kue pesanan Sherly ke apartemen kakak-beradik Stewart. Dua orang blasteran ini sedang menghabiskan liburan bersama di apartemen Jake, sang kakak. Andrew, Stewart yang lebih muda dan baru berusia 11 tahun, dengan cepat menyukai Melly. Ia bahkan berani datang sendirian ke apartemen Melly waktu Jake meninggalkannya untuk mengunjungi Sherly, kekasihnya. 

Tanpa bisa dilawan, Melly pun menjadi dekat dengan Jake dan Andrew. Bersama dua bersaudara ini, Melly mendapatkan keceriaannya kembali. Namun ada satu hal yang Melly takuti, yaitu kedekatannya dengan Jake, dan kemauan keras lelaki itu untuk mengetahui rahasia kelam yang disimpan Melly.

Akankah Jake meninggalkan Melly jika sampai mengetahui rahasia yang dimiliki gadis itu?


Sunday, September 27, 2015

Blog Tour - Segenggam Daun di Tepi La Seine - Giveaway Winner

Setelah satu minggu berlalu, sekarang saatnya pengumuman pemenang giveaway Segenggam Daun di Tepi La Seine berhadiah 1 buku dan merchandise dari Prancis...



Sudah siap lahir batin untuk pengumumannya?

Sudah tebar jampi-jampi?

Dan yang beruntung... adalah...

Rini Cipta Rahayu
@RiniCipta

SELAMAT YAAA!!!!

Segera kirimkan email berisi nama, alamat, dan nomor telepon ke martina.s.daruli@gmail.com dengan judul email "Pemenang Giveaway Segenggam Daun".

Ini adalah akhir dari rangkaian Blog Tour Segenggam Daun di Tepi La Seine. Buat yang belum beruntung, bisa beli bukunya untuk menikmati suasana Paris bersama Ajeng dan Yves (serta Alain). Terima kasih sudah mengikuti dan berpartisipasi dalam keseruan blog tour ini!!!!

Thursday, September 24, 2015

Kismet


Pengarang: Nina Addison
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 294


Apakah aku dan Cia adalah "kismet", seperti yang cewek ini bilang? Nggg... I'm not so sure. Namun ada sesuatu di diri Cia yang seperti menarikku untuk mengenalnya lebih jauh. Sesuatu yang tidak aku rasakan ketika pertama bertemu dan bahkan tinggal bareng dengan si teman apartemen.

Maybe all I need is a leap of faith, pikirku.

Alisya bertemu Cia karena suatu insiden yang melibatkan tonjokan di kafe sebuah toko buku di New York. Setelah itu, dua perempuan Indonesia yang terdampar di New York itu pun seperti berjodoh; Alisya membutuhkan apartemen, Cia membutuhkan teman seapartemen. Kismet--atau takdir, kata Cia. Walau pada awalnya pertemanan mereka terasa seperti melewati jalan berbatu-batu, lama kelamaan Alisya dan Cia menjadi akrab seperti dua saudara. Cia selalu siap menjadi pendengar dan penolong Alisya saat Alisya menghadapi masalah keluarga dan juga bertemu pria misterius yang telah beristri dan sedang menunggu kelahiran anak pertamanya, Mr. Gajah, dan Alisya juga menemani Cia di saat-saat terberat gadis itu, yang kemudian menyebabkan Cia harus kembali ke keluarganya di Indonesia.

Tahun-tahun kesendirian Alisya di New York sepeninggal sahabatnya diisi Alisya dengan kuliah dan membuka bisnis fashion, sampai kemudian akhirnya ia pergi ke Indonesia untuk menghadiri ulang tahun Hope, putri Cia, sekaligus belajar membatik untuk keperluan bisnisnya. Siapa sangka, pertemuan kembali dengan sahabatnya itu bukan semata-mata membawa kebahagiaan tapi juga membawa tonjokan dari Cia kepada Alisya, persis seperti awal pertemuan mereka dulu, walau kini beda sasaran. Ironis!

"Lo..." katanya geram, "...perempuan seperti lo yang bikin perempuan kayak gue nggak bisa lagi percaya cinta." Kepalan tangannya mengeras, dan sebelum aku bisa menjawab apa-apa, kepalan itu meluncur cepat ke arahku.

Monday, September 21, 2015

Blog Tour - Segenggam Daun di Tepi La Seine


Pengarang: Wuwun Wiati
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 298

Ajeng membuat keputusan besar ketika ia akhirnya pindah ke Paris untuk mencoba hidup bersama kekasihnya, Yves, yang berkewarganegaraan Prancis. Ia ingin melangkah lebih maju dalam hubungannya dengan kekasih yang pertama kali ditemuinya ketika berada di Thailand dulu. Walau tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan masih tabu di Indonesia, toh izin Bapak sudah dikantonginya. Selain itu, Yves adalah pria yang sopan dan sangat menghargai Ajeng sehingga tidak akan memaksa Ajeng berbuat sesuatu yang tidak disukainya.

Kehidupan di Prancis sungguh berbeda dengan Indonesia. Di sana, semua serbateratur dan disiplin. Tak heran, Yves begitu kaku—walau baik hati dan jelas mencintai Ajeng. Namun demikian, Prancis juga menjunjung tinggi kebebasan individu. Berdebat di meja makan sambil menikmati makan malam bersama keluarga adalah hal yang lumrah. Begitu pula kumpul kebo dan bertukar pasangan dengan orang lain. Semakin Ajeng tinggal di Paris dan bertemu orang-orang di sana, semakin Ajeng terpukau dengan kota paling romantis di dunia ini.

Setelah akhirnya Yves melamar Ajeng dengan cara yang romantis, Ajeng memasuki tahap persiapan pernikahan. Sesuatu yang seharusnya menyenangkan, seandainya saja Ajeng tidak bimbang dan terus teringat nasib kedua orangtuanya yang bercerai. Selain itu, masalah secara beruntun terjadi dalam masa persiapan itu, mulai dari sakitnya Bapak, kemunculan kembali Mama, dan juga... Alain.

Alain adalah sahabat Yves sejak kecil. Namun demikian, kepribadian mereka sangat bertolak belakang. Jika Yves mencerminkan warga Prancis yang konservatif dengan hidupnya yang teratur dan kaku, maka Alain mencerminkan sisi liberal warga Prancis: hidupnya bebas dan ia benci ikatan dengan siapa pun. Namun, dengan Ajeng, Alain merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan pada orang lain. Demikian pula Ajeng. Alain membawanya ke dunia yang lain yang penuh warna-warni yang belum pernah ia nikmati sebelumnya. Namun, bagaimana dengan hubungannya dengan Yves?

Monday, September 14, 2015

Critical Eleven



Pengarang: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 339


Tanya Laetitia Baskoro bertemu Aldebaran Risjad dalam penerbangan ke Sydney, Australia. Mereka mengobrol di pesawat lalu berpisah. Anya menonton konser Coldplay sedangkan Ale langsung terbang ke rig di teluk Meksiko untuk bekerja. Sebulan kemudian, Ale yang sedang di Jakarta meminta Anya menemaninya makan ketoprak Ciragil favorit Ale. Seminggu kemudian mereka berpacaran, setahun kemudian mereka menikah.

Happy ending?
Happy beginning lebih tepatnya.

Karena cerita justru baru dimulai dari sana. Kini, Anya dan Ale tak ubahnya seperti dua orang asing yang tinggal seatap. Masih terikat tali pernikahan, namun tak lagi saling sapa. Anya dan Ale pisah kamar; Anya menjadi dingin, sedangkan Ale tak tahu harus berbuat apa terhadap istrinya itu. Semua disebabkan oleh kejadian enam bulan sebelumnya. Satu kehilangan yang begitu membekas; satu kesalahan yang berbuntut panjang.

Masih adakah happy ending untuk Anya dan Ale?

Saturday, September 12, 2015

Jodoh Terakhir


Pengarang: Netty Virgiantini
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Halaman: 192


Neyna sudah berusia 40 tahun, namun masih melajang. Kedua adik perempuannya, Neysa dan Neyra, sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Hanya Neyna yang masih tinggal bersama kedua orangtuanya. Hal ini menimbulkan keresahan di benak ayah dan ibunya. Kedua orangtua Neyna lantas mengambil keputusan: Neyna dijodohkan!

"Seandainya saya laki-laki, berumur empat puluh tahun, dan belum menikah, apa Bapak juga akan sesibuk sekarang ini mencarikan jodoh untuk saya?"
Ibu terdiam cukup lama mendengar pertanyaan Neyna.
"Pasti nggak kan, Bu? Karena punya anak perempuan yang disebut perawan tua selalu dianggap lebih memalukan daripada punya anak laki-laki yang disebut bujang lapuk. Apa Ibu juga menganggap status saya yang belum menikah ini sebagai aib keluarga? Seperti yang diucapkan Bapak kemarin malam..."

Neyna menolak, terlebih setelah kedua orangtuanya menolak memberitahukan siapa calon suaminya. Namun, ancaman Bapak untuk tidak mengakui Neyna sebagai anak lagi bila Neyna menolak, membuat Neyna pasrah.

Satu orang yang selalu menjadi sahabat dan orang kepercayaan Neyna adalah Damar, anak bungsu tetangga sebelah rumah, sekaligus adik dari mantan pacar Neyna, Deni. Damar, yang berusia 10 tahun lebih muda, selalu membantu Neyna dalam bisnis sewa bukunya dan juga merupakan teman bicara yang menyenangkan. Tapi lucunya, Damar pun seperti mendukung keputusan orangtua Neyna.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan Neyna melajang sampai sekarang. Ia memiliki trauma masa lalu yang membuatnya susah mencari calon pendamping hidup. Tapi kenapa masalah ini jadi dibesar-besarkan sih? Dan kenapa Bapak tega menjodohkan Neyna dengan orang yang bahkan Neyna tidak tahu siapa? Apakah dengan cara ini Neyna akan bisa bahagia?


Thursday, September 3, 2015

Sunset Holiday

Pengarang: Nina Ardianti & Mahir Pradana
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2015
Halaman: 469

Audy Astrawinata berada di Paris, Prancis. Berbekal itinerary impulsif dan bonus kantor plus pencairan depositonya, ia traveling keliling Eropa seorang diri. Namun ternyata berada di Prancis, negara yang berada jauh dari Jakarta dengan bahasa dan tradisi masyarakatnya yang jauh berbeda, membuatnya gentar juga. Apalagi ketika ia harus ketinggalan kereta ke Brussels, Belgia dan mengubah itinerary-nya untuk langsung ke Amsterdam, Belanda. Setelah urusan tiket beres, untuk mengisi jeda waktu, Audy memutuskan untuk menikmati Paris saja.

Di menara Eiffel, Audy bertemu sesama orang Indonesia bernama Ibi. Cowok yang tinggal di Jenewa, Swiss dan sedang ke Paris untuk meliput konferensi pers kesebelasan Paris Saint-Germain. Setelah Ibi "membantunya" mendapatkan gantungan kunci gratis dan foto-foto serta makan siang, Audy malah menghabiskan waktu di Paris bersama cowok itu.

Siapa sangka, saat yang harusnya menjadi perpisahan Audy dan Ibi malah menjadi awal mula traveling 14 hari mereka bersama di Eropa. Ibi memutuskan untuk mengikuti Audy keliling Eropa. Bukan itu saja, Ibi malah mengutak-atik itinerary Audy supaya perjalanan Audy lebih mudah dinikmati. Audy pun menikmati keberadaan Ibi, yang tentu akan membuat perjalanannya lebih mudah karena Ibi sudah lama tinggal di Eropa.

Amsterdam, Munich, Berlin, Praha, Venezia, Roma, Madrid, Barcelona, dan kemudian kembali ke Paris untuk berpisah. Banyak hal menarik terjadi selama perjalanan yang membuat Ibi dan Audy semakin dekat. Tapi, di saat itu juga, Ibi tak sengaja mengetahui kalau Audy membuat perjalanan ini untuk melupakan patah hatinya dari mantan pacarnya, Andra, sekaligus bertemu mantan pacarnya sebelumnya, Tirta, yang sedang kuliah di Munich. Ibi pun bukannya tidak menyimpan cerita di Jakarta, yang menjadi alasan tinggalnya di Jenewa.

Apakah kebersamaan singkat itu berarti banyak jika sejak awal tujuan akhir mereka ternyata tak sama?