Pengarang: Karla M. Nashar
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2008
Halaman: 275
Adinda Putri Majesty adalah seorang pengacara yang ambisius. Ia selalu berusaha keras mendapatkan keinginannya dan berhasil, sehingga rasa percaya dirinya sangat tinggi. Namun, dalam satu tugas ke Lembang, mobilnya mogok di tengah pedesaan terpencil yang bahkan sinyal ponsel pun tak bisa masuk. Ia lalu meminta tolong pada Bu Entin, warga desa setempat, dan berkenalan dengan Uben, pemuda penjaga ladang yang--tanpa diduga--sangat maskulin dan membuat jantung Dinda berlompatan tak keruan.
Sayangnya, Uben sama sekali tidak bersahabat dengan Dinda. Tingkah Dinda yang dinilai Uben sombong dan menganggap segala sesuatu bisa dibeli dengan uang membuat Uben berniat sedikit menyusahkan Dinda. Uben berkata kalau dia tidak bisa menyelesaikan perbaikan mobil Dinda dalam sehari karena ia harus memanen sayuran di ladang. Dinda marah, tapi tak ada yang bisa ia lakukan. Maka, ia pun menginap di rumah yang dijaga Uben.
Walau awalnya sering berdebat dan berkelahi, tak urung, mulai timbul perasaan khusus di hati Dinda dan Uben. Namun, Dinda segera menepis perasaannya itu. Masa iya perempuan kota besar yang berprestasi seperti dia menjalin hubungan dengan seorang penjaga ladang miskin? Dinda pun akhirnya kembali ke Jakarta begitu mobilnya beres. Sayang, setelah ia kembali ke kehidupan normalnya, bayangan Uben tidak bisa dihapus semudah itu. Dinda tidak bisa melupakannya, bahkan dengan kehadiran Marlon, kekasihnya yang sudah beristri itu.
Pertemuan Dinda dengan Uben berikutnya terjadi di sebuah pesta, di mana Uben menjadi penjaga meja kambing guling. Uben, dengan nekat, menunjukkan kecemburuannya melihat Dinda bersama Marlon dan malah mencium Dinda. Uben bahkan meminta Dinda untuk tinggal bersamanya di desa. Dinda jelas menolak, namun ide itu selalu berkeliaran di kepalanya setelah itu. Meninggalkan segala pencapaian dan impiannya demi hidup sederhana bersama laki-laki yang dicintainya, sanggupkan Dinda melakukan hal itu?