Thursday, July 21, 2016

Buku Lawas - Canting Cantiq


Pengarang: Dyan Nuranindya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2009
Halaman: 200
Dapat di rak Bookswap Festival Pembaca Indonesia 2015


Melanie Adiwijoyo terbiasa dengan kehidupan mewah. Sekolahnya elit, pakaiannya selalu fashionable dan mahal. Cita-citanya menjadi model di Paris. Namun, semuanya berubah ketika perusahaan papa Mel terkena masalah dan papa Mel meninggal dunia. Mel kini yatim piatu, sebab ibunya juga sudah lama meninggal dunia. Mel lalu dititipkan ke Jogja, ke rumah Eyang Santoso.

"Oh... kalian pikir gue seneng tinggal sama kalian? Nggak! Gue terpaksa! Kalian itu bukan keluarga gue. Bukan siapa-siapa gue. Dan kalian nggak tau apa-apa tentang gue. Paling kalian cuma sekumpulan orang kampung miskin yang terlalu banyak mimpi dan nggak berpendidikan!"

"Dasar cewek sombong! Elo tuh nggak pantes ngomong nggak sopan kayak gitu di depan Eyang Santoso. Di Jakarta pasti elo nggak punya temen, kan? Manja, nggak bisa apa-apa, bisanya cuma nyusahin orang lain. Otak lo itu paling nggak lebih dari sekadar belanja, salon, ngeceng. Dasar! Udah lulus SMA, tapi kelakuan masih kayak ABG!"

Di rumah Eyang Santoso yang juga rumah kos dengan nama SODA124, hidup Mel berubah 180 derajat. Selain penghuni kosan yang ajaib dan tidak berkelas, Mel juga harus mengurus segala kebutuhannya sendiri. Mel marah, apalagi setelah salah seorang anak kos yang berpenampilan ngasal, Ipank, menghardiknya keras dan menuduhnya manja. Mel serasa pindah ke neraka; masa depannya hancur sudah.

Namun, apakah benar semuanya seburuk yang Mel duga? Benarkah Jogja mengandaskan impian Mel?

Friday, July 8, 2016

[Foodie] Bersalad Ria di Salad Bar

Halo teman-teman!! Posting pertama non-buku niih... dan saya mau bahas satu restoran di Jakarta yang lagi jadi favorit saya banget. Ini restoran spesialisasi salad, tapi ada menu pasta juga. Letaknya di Pacific Place, Jakarta Selatan.

Taraaaa.....

SALAD BAR!!!!

Akhir-akhir ini, saya memang lagi keranjingan salad. Maklum, tubuh yang banyak terisi makanan-makanan murah-meriah-gak sehat (baca: makanan warteg, padang, dll) kadang suka ngadat dan minta asupan sayur segar. Biasanya sih, kalau lagi niat, saya suka belanja sayur sendiri di supermarket, seperti lettuce, brokoli, bawang bombay, tomat, wortel untuk dibuat salad. Untuk brokoli dan wortel biasa direbus dulu sebentar karena saya nggak kuat dengan rasa mentahnya. Dressing biasa pakai thousand island yang ada di supermarket aja atau Bragg's liquid aminos. Tapiii kalau lagi malas, saya suka beli salad di Lawson, yang satu paknya cuma Rp. 9.000 - Rp. 11.000 dan bisa pilih dressing dengan tambahan harga. Tapi, kadang isinya yaa gitu-gitu aja ya: lettuce, bawang bombay, tomat, jagung... Kadang pengin yang lebih rame aja.

Naaah... hari Sabtu lalu, pas lagi jalan ke Pacific Place bareng bokap (dan kelaparan), kebetulan banget saya nemu Salad Bar. Ini kayaknya restoran baru, karena sepertinya saya nggak pernah lihat sebelumnya. Letaknya di lantai 4, nyempil. Apa yang bikin saya tertarik mampir? Papan iklan diskon pake kartu BCA! Ngoahahahaha... Iyalahyaaa gak mau rugi. Langsung deh liat-liat menunya lebih lanjut.

You had me at Diskonan BCA

Menunya
Saya langsung tertarik dengan Cajun Shrimp Salad yang sepertinya menggoda dan karena pakai kale curly alih-alih lettuce atau selada. Kale ini bisa dibilang sayuran yang bergizi tinggi, tapi masih jarang ditemui di Indonesia. Saya suka sayur ini karena crunchy banget, tapi yaa... itu. Susah nemunya. Jadi, saya langsung pesen deh. Harganya seporsi Rp. 69.000. Saya juga pesan Berry Bang smoothies, Rp. 50.000. 

Dan... inilah makanannya...

Ini gede lho porsinya. Bisa buat berdua.

Wednesday, July 6, 2016

Look at Me Please


Pengarang: Sofi Meloni
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2016
Halaman: 296


Di dalam hatinya, Laras hanya menyimpan cinta kepada Gerry dan dendam kepada Lily. Semua bermula dari masa SMA, ketika Laras yang pintar dan pendiam diam-diam menyukai Gerry, si cowok populer yang selalu perhatian padanya. Gerry pun sepertinya menyukai Laras. Namun, entah apa yang terjadi, Gerry tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Laras dan malah berpacaran dengan Lily, sahabat Laras, yang Laras tahu kemudian juga menyukai Gerry.

Sampai delapan tahun kemudian, Laras tinggal di satu rumah kontrakan dengan Lily, dan masih berusaha mendapatkan hati Gerry kembali setelah mengetahui kalau hubungan Lily dan Gerry bisa bermula setelah Lily menyabotasenya. Laras tidak terima, dan merasa kalau apa yang dimiliki Lily seharusnya menjadi miliknya. Kini, apa pun caranya, Laras harus bisa merebut Gerry kembali, walau ia harus melukai Lily. Lily sudah terlebih dulu menyakitinya, kenapa kini ia tidak boleh menyakiti Lily?

Namun, apakah hati seperti benda yang begitu mudah dipindahtangankan? Delapan tahun bukan waktu yang sebentar untuk menjalin hubungan. Benarkah hati Gerry saat ini masih sama dengan hati Gerry yang dulu? Dan apakah perasaan cinta yang disimpan Laras untuk Gerry masih sama seperti yang dulu?

Sunday, July 3, 2016

[Book to Movie] Sabtu Bersama Bapak

Satu buku yang menurut saya nggak boleh saya lewatin kalau dibuat jadi film adalah Sabtu Bersama Bapak-nya Adhitya Mulya. Kenapa? Soalnya, buku-buku Adhitya Mulya itu sebenernya movie material banget. Jomblo misalnya. Walau baca bukunya aja udah seru, waktu nonton filmnya ternyata bisa sama serunya. Malah dalam kasus Jomblo--ini sangat jarang saya rasakan--saya merasa bagusan filmnya daripada bukunya (karena ada Christian Sugiono *dikeplak Titi Kamal*).

Sebenernya, selain Jomblo, saya berharap Traveler's Tale yang ditulis Adhitya Mulya bersama tiga orang lain termasuk istrinya, Ninit Yunita, difilmkan juga. Pasti seru, karena bercerita tentang perjalanan kacau tiga orang sahabat untuk datang ke pernikahan satu sahabat mereka dengan alasan masing-masing. Tapi mungkin kendala di budget kali yaa karena harus keliling dunia buat syutingnya, sehingga buku ini nggak difilmkan :(

Anyway busway... Saya beruntung mendapat kesempatan nonton Gala Premier Sabtu Bersama Bapak nih, tanggal 1 Juli kemarin. Jadi ceritanya, di tanggal 25 Juli ada promo pembelian buku Sabtu Bersama Bapak di Gramedia tertentu bisa dapet tiket Gala Premier-nya. Kebetulan Gramedia PIM yang searah dengan jalur ke kantor menjadi salah satu toko yang ikutan promo ini, dan saya pun tanpa ragu mampir ke sana pagi-pagi dan beli bukunya (walau sebenarnya udah punya versi lamanya) daan... saya jadi orang ke-4 yang dapat tiketnya (dari 15 tiket yang tersedia). Gile, padahal saya datang jam 9 lewat dikit lho. Pas malnya baru buka!