Pages

Saturday, January 4, 2014

It Takes Two to Love

Pengarang: Christina Juzwar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
Jumlah halaman: 223

Sarah dan Igi sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan, ketika Sarah tinggal sendirian di Jakarta setelah perceraian kedua orang tuanya, Igi kerap menginap dan menemani Sarah. Ketika Sarah menjadi pengangguran, Igi merekomendasikan Sarah menjadi Beauty Editor majalah Women's Style, majalah versi wanita dari majalah Men's Style, tempat Igi bekerja sebagai fotografer.

Di Women's Style, Sarah bertemu dengan fotografer baru, Jans, yang awalnya kehadirannya terasa mengganggu bagi Sarah. Seperti Sarah, Jans pun bisa bergabung di Women's Style karena rekomendasi Igi. Namun tidak butuh waktu lama bagi Sarah untuk menyadari betapa tipisnya batas antara benci dan cinta. Keberadaan Jans malah terasa menyenangkan dan akhirnya, setelah Jans mengungkapkan rasa sukanya ke Sarah, mereka pun pacaran.

Igi, yang mengetahui Sarah dan Jans berpacaran, akhirnya menyadari kalau sebenarnya dirinya mencintai Sarah sejak dulu. Sikapnya menjadi berubah dan akhirnya, tanpa pembicaraan lebih dulu, pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi.

Dua tahun berlalu, Igi pulang menemui Sarah dan Jans dengan membawa Andien, pacar yang dikenalnya di London. Siapa sangka, kehadiran Andien malah membuat Sarah cemburu.

Bagaimana kelanjutan kisah Igi dan Sarah?

Kisah persahabatan cewek-cowok yang berakhir cinta memang tidak pernah membosankan untuk diangkat menjadi novel dan film, sama halnya dengan tema cinta segitiga. Itulah sebabnya kenapa, meski di tahun 2013 kemarin sebenarnya saya sudah membaca cukup banyak kisah persahabatan cewek-cowok, buku ini tetap menarik buat saya.  Dan memang, walau di awal saya cukup merasa "ah, ternyata sama saja" ternyata makin ke belakang saya makin merasakan kalau Christina Juzwar memberikan twist yang berbeda. Saya sebenarnya ingin cerita bagaimana kisah ini berakhir, namun tentu akan menghilangkan rasa penasaran calon pembaca. Jadi, yah, silahkan menebak, apa akhir kisah ini.

Seperti kisah-kisah metropop lainnya yang pernah saya baca, kisah di novel ini dikemas dengan ringan. Percakapan-percakapan para tokohnya bukanlah jenis percakapan yang membuat pembaca berpikir keras, tidak juga penuh dengan quotes dari tokoh-tokoh terkenal. Buat pembaca yang mencari bacaan untuk membunuh waktu, ini bacaan yang cocok. Namun, penokohannya cukup kuat. Dari awal, pembaca tidak akan kesulitan membedakan cara berpikir Sarah, Igi, Jans, dan terakhir, Andien. Selain karakter Jans yang serbasempurna, yang mungkin karena dilihat dari sudut pandang Sarah yang jatuh cinta setengah mati padanya, setiap karakter memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Ada saatnya pembaca akan merasa simpati pada satu karakter namun menjadi sebal di saat berikutnya.

Sayang, beberapa hal teknis sangat mengurangi kenikmatan membaca buku ini. Begitu banyak penulisan yang membingungkan, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Untuk yang bahasa Indonesia, saya tidak mengerti keputusan penulis untuk menggunakan bahasa baku dan tidak baku sekaligus dalam kalimat langsung. Banyak sekali kalimat yang jadi terbaca janggal di mata pembaca Indonesia, terutama yang berdomisili di Jakarta (coret) seperti saya. Selain itu, penggunaan bahasa Inggris juga banyak yang tidak tepat.

Beberapa contoh kalimat bahasa Indonesia janggal:
- "Ya ampun! Masuk kenapa? Ngabisin baterai HP gue saja!" --> kenapa nggak sekalian pake "aja"?
- "Nah! Ini yang mau gue mainkan!" --> "mainin" aja lebih enak ya
- "Kenapa mesti kedinginan? Sudahlah!..." --> lebih enak "Udahlah!" atau "Udah deh!"

Beberapa contoh kalimat dan kata bahasa Inggris yang salah:
- narcism --> narcissism
- "you are so different compare to the first time I met you" --> compared to
- definately need Gibolan --> definitely
- "Lo kayak Rudolf the Red Nose Raindeer deh, Sar." --> Rudolph the Red-Nosed Reindeer
- "I just relize that they..." --> realize

Sebagai penutup, seperti sudah saya tulis sebelumnya, jika sedang membutuhkan bacaan ringan, novel ini pas untukmu. Saya sudah mengingatkan mengenai kejanggalan di penulisan, jadi, jangan sampai hal ini mengganggumu lagi ketika membaca buku ini ya. Mengesampingkan kejanggalan tersebut, novel ini cukup enak dibaca karena ending-nya cukup mengagetkan.

7 comments:

  1. Hihi untuk sebagian orang typo memang jadi masalah besar. Thanks, Kak, alertnya. Nanti, kalau suatu hari baca novel ini, aku jadi udah tau ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama. Iya aku juga biasanya gak terlalu merhatiin, tapi ini karena lumayan banyak jadi ngeh deh. Hehe.

      Delete
  2. tahun kemaren aku dikit banget baca metropop, paling yang udah dikenal aja karyanya, belum baca buku ini tapi kayaknya ceritanya menarik :)

    kayaknya bisa nebak deh akhirnya sama siapa, tapi penasaran juga :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga jarang, soalnya males belinya. hahaha. Tapi tahun ini karena ikut challenge kamu jadi kudu baca banyakan deh..

      Hayooo sok nebak hayooo....

      Delete
  3. Setuju kak ! cinta dan benci emang beda tipiss #efek pernah ngalamin .. pas lihat covernya udah bikin patah hati nih , bakal nyesek - nyesek romantis nih ceritanya

    ReplyDelete
  4. Cinta segitiga gitu ya, cinta datang terlambat gitu ya, cinta cemburu-cemburu gitu ya... Sedikit tertebak endingnya bakal kayak apa, tapi kadang tiap penulis punya caranya masing-masing menyampaikan isi ceritanya.

    Dan untuk typo, sama juga Kak, sering mengabaikan tapi kalau udah kebanyakan jadi kesel sendiri sih xD

    ReplyDelete
  5. bagus kak reviewnya,tapi kok bisa salcet itu buku? mungkin yang ngetik ketiduran kali ya

    ReplyDelete

What is your thought?