Pages

Saturday, March 15, 2014

Dramaturgi Dovima

Pengarang: Faris Rachman-Hussain
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 230

Dovima Said adalah seorang perempuan 24 tahun calon reporter majalah Kala. Berpenampilan ngasal dan tertutup, Dovima juga sangat berbakat dalam jurnalisme sehingga kerap mengundang pujian dari atasan dan rasa iri dari rekan kerjanya. Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya hidup Dovima sangatlah kompleks. Dovima lahir sebagai anak Seruni Said, wartawan senior dengan karir mendunia namun ibu yang dingin terhadap putri tunggalnya. Sejak awal, kehadiran Dovima tidak pernah diinginkan Seruni karena dianggap akan menghambat karirnya. Dan setelah Seruni bercerai dengan ayah Dovima, Gandhi, Dovima diboyong ke New York, Amerika, untuk dibentuk menyerupai Seruni. Dovima berusaha untuk lepas dari kungkungan ibunya dengan lari ke Indonesia, namun kini ia malah menjalani profesi yang sama dengan ibunya: wartawan.

Perubahan mulai terjadi pada diri Dovima ketika ia bertemu Kafka Hussainduaja, seorang pengusaha muda yang tadinya berdebat dengan Dovima di tengah konferensi pers. Sejak pertemuan pertama mereka, Kafka sudah mengejar Dovima dan sungguh-sungguh jatuh cinta dengan Dovima. Walau awalnya menolak, akhirnya Dovima membuka diri terhadap Kafka. Selain itu, pertemuan kembali Dovima dengan ayahnya yang kini menjabat sebagai Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, Gandhi Wirasetja, juga membuat Dovima bisa mengerti kenyataan yang selama ini ditutupi darinya. Kehidupan mulai membaik bagi Dovima.

Suatu hari Dovima menemukan kalau ayahnya terlibat kasus suap yang juga melibatkan perusahaan keluarga Kafka. Kini Dovima berhadapan dengan pilihan: Haruskah ia mundur demi menjaga perasaannya dan perasaan orang-orang yang ia sayangi ataukah ia terus maju dengan hati dingin seperti yang selama ini diharapkan ibunya?


Sebenarnya saya kaget dengan klasifikasi Gramedia untuk novel ini. Kenapa novel jenis ini dimasukkan ke dalam lini Metropop, yang biasanya berisi cerita ringan mengenai percintaan dan gaya hidup? Jelas-jelas isi novel ini lebih "berat" ketimbang novel-novel Metropop kebanyakan. Selain itu, gaya bercerita penulis juga lebih mengingatkan saya ke novel-novel sastra ketimbang pop. Rasanya kok salah tempat ya? Memang sih ada banyak kalimat bahasa Inggris dan penyebutan merk-merk mahal di dalam novel ini, namun penggunaannya menurut saya sesuai dengan pengambaran karakter. Untuk Dovima, misalnya. Wajar ia banyak berbicara dalam bahasa Inggris karena ia tumbuh besar di Amerika Serikat. Lalu untuk Cece, sepupu Kafka yang sosialita, wajar bila ia menggunakan barang-barang bermerk yang mahal. Menurut saya, sayang saja karena kesalahan penentuan lini seperti ini bisa menyebabkan novel ini dibaca oleh pembaca yang salah, yang memang tidak meminati jenis cerita ini.

Namun untungnya, saya termasuk pembaca omnivora alias pembaca dengan selera lumayan gado-gado. Dan setelah membaca novel ini, saya bisa mengatakan kalau saya sangat menyukai kisah Dovima yang ditulis pengarang. Karakter Dovima sebenarnya bukan karakter yang mudah disukai oleh saya karena sifat tertutupnya. Namun, karakter Dovima dibangun dengan sangat baik oleh pengarang. Latar belakang dan cara berpikirnya, walau kompleks, terasa nyata. Keresahan dan kefrustrasian Dovima dalam mencari jati dirinya di tengah bayang-bayang sang ibu dan rahasia-rahasia yang disimpan ibunya sungguh terasa. Dan penggambaran profesi wartawan yang dijalani Dovima pun sungguh ditulis dengan apik. Rinci, realistis, up-to-date, namun tidak membebani keseluruhan cerita. Sebaliknya, justru memperkuat. Benar-benar nikmat dibaca.

Unsur romansa tentu ada, namun tidak terlalu diceritakan mendetail. Hal ini mungkin karena fokus cerita tidak ke urusan itu dan karakter Dovima yang tertutup memang tidak memungkinkan kisah romansa yang menggebu-gebu. Buat saya, hal ini pas saja dengan keseluruhan cerita dan saya cukup menikmatinya. Hadirnya tokoh Kafka, buat saya, menambah kenikmatan membaca cerita ini.

Sayang, entah apakah karena halaman dibatasi atau alasan lain, di bagian akhir cerita, penulis seperti tergesa-gesa ingin menyelesaikan cerita. Adegan-adegan dibuat melompat-lompat dan tahu-tahu masalah sudah beres (dengan cara maksa). Padahal, dengan gaya penulisan dan twist seperti ini, saya rasa walau halamannya sampai 400 pun saya akan tetap menikmati membacanya, malah mungkin akan lebih puas.

Mengenai kesalahan teknis, masih terdapat beberapa. Namun yang paling mengganggu adalah penggunaan huruf secara italic yang tidak tepat. Jika memang akan ada edisi berikutnya dari buku ini, ada baiknya hal ini lebih diperhatikan, karena menyangkut setting waktu dan ketidaktepatannya dapat membingungkan pembaca.

Secara keseluruhan, saya menikmati membaca buku ini. Saya berharap bisa membaca novel semacam ini lagi di masa depan.


6 comments:

  1. Kak Nana, maafkan aku belum sempat review buku Little Bee, masih tersendat ujian sekolah, secepatnya ya... maaf sekali :(

    ReplyDelete
  2. wah temanya unik, tentang jurnalis gitu :D

    ReplyDelete
  3. akkkkk jadi penasaran, kalau kamu bilang novel ini mirip salah satu novelnya Sitta Karina, berarti aku harus baca :)
    cuman aku nggak suka sama covernya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku nggak setuju sama Kak Sulis, suka sama covernya, hanya saja terlalu simple, itu sejenis koran ya?

      Delete
  4. Namanya unik ya, Dovima. aku sempet jera baca metropop karena banyak bertebaran merek, tapi kayaknya yang ini perlu dicoba deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini bisa dibilang novel salah merek sih Vin. Bukan metropop sama sekali. Asyik kok dibacanya.

      Delete

What is your thought?