Pages

Saturday, September 12, 2015

Jodoh Terakhir


Pengarang: Netty Virgiantini
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
Halaman: 192


Neyna sudah berusia 40 tahun, namun masih melajang. Kedua adik perempuannya, Neysa dan Neyra, sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Hanya Neyna yang masih tinggal bersama kedua orangtuanya. Hal ini menimbulkan keresahan di benak ayah dan ibunya. Kedua orangtua Neyna lantas mengambil keputusan: Neyna dijodohkan!

"Seandainya saya laki-laki, berumur empat puluh tahun, dan belum menikah, apa Bapak juga akan sesibuk sekarang ini mencarikan jodoh untuk saya?"
Ibu terdiam cukup lama mendengar pertanyaan Neyna.
"Pasti nggak kan, Bu? Karena punya anak perempuan yang disebut perawan tua selalu dianggap lebih memalukan daripada punya anak laki-laki yang disebut bujang lapuk. Apa Ibu juga menganggap status saya yang belum menikah ini sebagai aib keluarga? Seperti yang diucapkan Bapak kemarin malam..."

Neyna menolak, terlebih setelah kedua orangtuanya menolak memberitahukan siapa calon suaminya. Namun, ancaman Bapak untuk tidak mengakui Neyna sebagai anak lagi bila Neyna menolak, membuat Neyna pasrah.

Satu orang yang selalu menjadi sahabat dan orang kepercayaan Neyna adalah Damar, anak bungsu tetangga sebelah rumah, sekaligus adik dari mantan pacar Neyna, Deni. Damar, yang berusia 10 tahun lebih muda, selalu membantu Neyna dalam bisnis sewa bukunya dan juga merupakan teman bicara yang menyenangkan. Tapi lucunya, Damar pun seperti mendukung keputusan orangtua Neyna.

Sebenarnya, bukan tanpa alasan Neyna melajang sampai sekarang. Ia memiliki trauma masa lalu yang membuatnya susah mencari calon pendamping hidup. Tapi kenapa masalah ini jadi dibesar-besarkan sih? Dan kenapa Bapak tega menjodohkan Neyna dengan orang yang bahkan Neyna tidak tahu siapa? Apakah dengan cara ini Neyna akan bisa bahagia?


*****

Jodoh Terakhir bisa dibilang merupakan buku yang saya penasaran pengin baca karena persamaan nasib (?) dengan tokoh utamanya. Yaaa... umur saya belum sampai 40 tahun siiih... Tapi masalah jodoh sedikit banyak saya sudah sering didesak-desak orang sekitar--walau untungnya Mama-Papa nggak termasuk yang mendesak. Mereka sih pasrah aja bilang kalau sudah waktunya, pasti juga ketemu. Jadi saya penasaran juga, kira-kira apa yang akan dituliskan penulis tentang hal jodoh yang terlambat ini di dalam buku ini. Ya, ketimbang jalan ceritanya yang saya sudah bisa menebak pasti happy ending dengan alur standart, saya justru lebih penasaran dengan pemikiran penulis mengenai isu ini yang dituangkan melalui pemikiran Neyna, si tokoh utama.

Dan, di bagian awal, saya suka sih dengan pertanyaan yang penulis lontarkan, yang saya kutip di atas tadi. Saya berharap semakin cerita berlanjut, semakin penulis mengupas hal ini lebih dalam. Tapi yaaa... memang harapan suka terlalu muluk, karena selanjutnya, cerita malah menjadi seperti cerita-cerita FTV: mengada-ada dan cetek.

Saya nggak habis pikir apa yang ada di pikiran orangtua Neyna, kok bisa-bisanya menyembunyikan jati diri calon suami Neyna bahkan sampai hari pernikahannya? Gila ya? Walau dengan dalih "kami percaya dia yang terbaik untukmu" pun rasanya tidak menghormati dan menyayangi anak banget kalau anak sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mengenal dan menilai sendiri calon dengan siapa dia akan menghabiskan sisa hidupnya, berbagi segala hal dengannya. Apalagi kalau anaknya sudah berumur 40 tahun. Dan tega banget ancaman ayah Neyna kalau dia tidak akan mengakui Neyna sebagai anak lagi jika Neyna menolak dijodohkan. Ya ampun!

Selain itu, saya juga merasa kemunculan laki-laki dari masa lalu Neyna (tapi bukan yang menjadi alasannya melajang--yep, ada dua lelaki dari masa lalu Neyna yang hadir meramaikan cerita) dengan bujukannya itu kurang relevan dengan isi cerita. Duh, saya juga bingung gimana mau menjelaskannya tanpa membocorkan siapa jodoh Neyna sebenarnya. Jadi yaa... begitulah. Saya nggak ngerti deh bagaimana hubungannya dengan keluarganya kemudian, setelah cerita ini berakhir.

Tapi biar begitu, ada juga kok yang saya nikmati dalam buku ini. Saya suka dengan setting Madiun yang digunakan. Saya suka penggambaran kehidupan kota kecil yang sederhana. Enak banget, keluar kantor jam 5 sore, jam 6 sudah di rumah dan bisa sholat Magrib di rumah. Kalau di sini sih kapan ya? hehe. Dan juga, karakter tokoh-tokohnya juga sangat membumi dengan percakapan khas sehari-hari dan interaksinya juga hangat.

Yang paling menarik, tentu saja karakter Neyna. Dia perempuan yang cuek tapi bertanggung jawab dan tangguh. Interaksinya dengan Damar dan Mas Hamdan di tempat kerjanya sangat ringan dan seru, pun dengan sahabatnya, Riris. Walau dibilang keras kepala, Neyna juga tipikal orang yang masih bisa berpikir jernih dan mempertimbangkan orang-orang yang ia sayangi. Walau saya nggak begitu sreg dengan logika cerita ini, saya sangat menyukai Neyna.

Walau untuk cerita yang ini saya lumayan mengernyitkan kening, saya cukup menyukai tulisan Netty Virgiantini sehingga saya tentu masih ingin membaca karya-karyanya yang lain. Mungkin nanti-nanti berjodoh ya. Dan untuk teman-teman yang penasaran membaca Jodoh Terakhir untuk mencari tahu siapa jodoh Neyna sebenarnya, silakan baca. Buku ini cocok untuk bacaan ringan dan santai.

No comments:

Post a Comment

What is your thought?