Pages

Thursday, September 3, 2015

Sunset Holiday

Pengarang: Nina Ardianti & Mahir Pradana
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2015
Halaman: 469

Audy Astrawinata berada di Paris, Prancis. Berbekal itinerary impulsif dan bonus kantor plus pencairan depositonya, ia traveling keliling Eropa seorang diri. Namun ternyata berada di Prancis, negara yang berada jauh dari Jakarta dengan bahasa dan tradisi masyarakatnya yang jauh berbeda, membuatnya gentar juga. Apalagi ketika ia harus ketinggalan kereta ke Brussels, Belgia dan mengubah itinerary-nya untuk langsung ke Amsterdam, Belanda. Setelah urusan tiket beres, untuk mengisi jeda waktu, Audy memutuskan untuk menikmati Paris saja.

Di menara Eiffel, Audy bertemu sesama orang Indonesia bernama Ibi. Cowok yang tinggal di Jenewa, Swiss dan sedang ke Paris untuk meliput konferensi pers kesebelasan Paris Saint-Germain. Setelah Ibi "membantunya" mendapatkan gantungan kunci gratis dan foto-foto serta makan siang, Audy malah menghabiskan waktu di Paris bersama cowok itu.

Siapa sangka, saat yang harusnya menjadi perpisahan Audy dan Ibi malah menjadi awal mula traveling 14 hari mereka bersama di Eropa. Ibi memutuskan untuk mengikuti Audy keliling Eropa. Bukan itu saja, Ibi malah mengutak-atik itinerary Audy supaya perjalanan Audy lebih mudah dinikmati. Audy pun menikmati keberadaan Ibi, yang tentu akan membuat perjalanannya lebih mudah karena Ibi sudah lama tinggal di Eropa.

Amsterdam, Munich, Berlin, Praha, Venezia, Roma, Madrid, Barcelona, dan kemudian kembali ke Paris untuk berpisah. Banyak hal menarik terjadi selama perjalanan yang membuat Ibi dan Audy semakin dekat. Tapi, di saat itu juga, Ibi tak sengaja mengetahui kalau Audy membuat perjalanan ini untuk melupakan patah hatinya dari mantan pacarnya, Andra, sekaligus bertemu mantan pacarnya sebelumnya, Tirta, yang sedang kuliah di Munich. Ibi pun bukannya tidak menyimpan cerita di Jakarta, yang menjadi alasan tinggalnya di Jenewa.

Apakah kebersamaan singkat itu berarti banyak jika sejak awal tujuan akhir mereka ternyata tak sama?

Sunset Holiday bisa dibilang sebuah kisah romance perjalanan yang .. ummm... kurang greget. Sejujurnya saya nggak begitu menikmati ceritanya, walau dari segi penulisan cukup rapi. Bukannya nggak suka lho yaaa... Hanya saja, tidak ada yang wah dan memorable dari ceritanya. Karakter Ibi dan Audy tidak terlalu bertabrakan dan sejak awal jelas banget kalau si Ibi ngebet sama Audy sehingga rela melakukan apa saja untuk cewek yang baru dikenalnya tersebut. Sementara itu, Audy, sepertinya memang hanya ingin menikmati perjalanannya. Bahkan masalah masa lalunya di Jakarta juga tidak segitu membebaninya juga, bukan perjalanan pelarian. Hanya ingin refreshing dari pekerjaannya sebagai lawyer. Akibatnya, apa yang terjadi selama perjalanan yaa.. hanya seperti perjalanan biasa: ngobrol-ngobrol ringan saling mengenal, Audy jalan-jalan dengan Ibi sebagai tour guide-nya, agak drama sedikit karena kecapekan, dan pelan-pelan jatuh cinta--yang saya sangsikan juga ini hanya sebatas cinta lokasi atau bisa jadi cinta beneran. Penasaran aja dengan karakter Ibi setelah cerita ini selesai, apakah akan berubah atau tidak.

Tentang penggambaran keindahan negara-negara Eropa yang seharusnya jadi bumbu penyedap ceritanya pun, saya kurang menikmati. Terlalu turis bangeeett.... Dan khas turis Indonesia kali ya, yang demennya cuma ke tempat-tempat indah, foto-foto, lalu sudah puas dan berganti tempat untuk mengulangi kegiatan yang sama. Saya jarang travelling, tapi saya suka mendengar cerita-cerita unik dari teman-teman saya yang abis jalan-jalan. Misalnya nih, waktu teman dan sepupu saya kebetulan travelling ke Eropa dan menggunakan jasa tour agent yang sama. Saat mereka menginap di satu kastel--saya lupa di negara mana, beberapa tamu, walau tak saling mengenal dan pisah kamar, bermimpi didatangi wanita yang sama yang katanya penunggu kastel tersebut. Teman dan sepupu saya juga mengalami. Atau ada juga cerita  mengenai dudukan toilet yang lebih tinggi ketimbang di Indonesia. Atau, seperti kisah teman sekantor saya ketika backpacking ke Jerman, di mana dia tinggal di kamar campur dan suatu malam, dia mendengar suara berisik dari belakangnya. Ternyata, dua penghuni kamar, cowok dan cewek, sedang asyik having sex di sana tanpa peduli kalau di sekitarnya ada penghuni lain. Hal-hal sehari-hari seperti itu, yang menggambarkan perbedaan nilai dan budaya, yang membuat saya tertarik mendengar atau membaca sebuah kisah yang tidak berlokasi di tempat saya menjalani hidup sehari-hari. Dan hal itu yang kurang di buku ini. Cuma di Paris pertama kali aja yang saya dapati menarik: ketika penjual cendera mata di sana menggunakan bahasa Indonesia "murah, murah!" untuk menarik perhatian turis. Mungkin saking banyaknya orang Indonesia yang ke sana, ya? Lalu, di Amsterdam juga menarik, sayang Audy keburu pingsan (@_@).

Yang membuat saya lumayan menikmati ceritanya, adalah karakter Ibi. Di antara dua tokoh utama, saya memang jauh memfavoritkan Ibi. Masalah hidupnya lebih jelas, begitu juga karakternya. Pergulatan batin Ibi yang membuatnya betah tinggal di Jenewa membuat saya bersimpati padanya. Walau terkesan manja dan tidak bertanggung jawab, tapi rasanya saya bisa mengerti keresahan hatinya.  Karena sama-sama anak tunggal mungkin yaa... Tapi yang paling saya suka sih jelas ibunya Ibi. Tolong Baim, ya Allah! Hehe... Karakter Audy, di lain pihak, agak mirip Edyta di Fly to the Sky: ceroboh, kurang perhitungan. Tapi entah kenapa, jika Edyta itu minta disayang, Audy malah minta dikepruk. Cerobohnya kebangetan! Untung aja dia ketemu Ibi di jalan. Coba kalau nggak, entah apa yang bakalan terjadi di perjalanan ini. Eropa gituuuuh... Sendirian. Mending ikut tour sih kalau gue bilang.

Kesimpulannya, seperti sudah saya bilang sebelumnya, buku ini biasa aja buat saya. Tapi mungkin akan berkesan buat pembaca lainnya, terutama yang lagi cari inspirasi buat travelling keliling Eropa. Atau mungkin mau cari jodoh sekalian? Banyak spot menarik yang disebutkan dan juga kamu bisa belajar dari pengalaman Audy dan Ibi. Lalu, untuk penggemar karya-karya penulis, tentu buku ini layak koleksi, karena ada juga kemunculan beberapa tokoh dari buku-buku penulis sebelumnya.


No comments:

Post a Comment

What is your thought?