BLOG TOUR : PERFECT PAIN (+Giveaway)

Pengarang: Anggun Prameswari

Penerbit: Gagasmedia

Tahun Terbit: 2015

Halaman: 315

Dunia tidak pernah terasa damai bagi Bidari, bahkan ketika ia berada di rumahnya sendiri. Kehadiran Bram, suaminya, seringkali disertai pukulan dan hinaan, membuat tubuh Bidari sudah refleks ketakutan dan mengantisipasi rasa sakit setiap kali laki-laki itu muncul. Hanya Karel, anaknya yang masih SD, yang menjadi kekuatannya dan membuatnya mampu bertahan sampai saat ini.

"Jangan menyerah padaku, Bi." Bram mencium bekas pukulannya tadi. Lembut sekali, seakan kecupan itu sanggup membuat nyerinya sirna. "Karel membutuhkan kita berdua."

Tiap kali nama Karel disebut, hatiku remuk. Mencintai seseorang membuatmu kuat, sekaligus lemah pada saat yang bersamaan. Mungkin, sekali lagi siapa tahu, kalau aku bertahan sedikit lebih lama, Bram akan menjadi lebih baik. 

Suatu hari, Karel membuka kesempatan bagi Bidari untuk melarikan diri dari neraka rumah tangganya. Anak Bidari yang pintar itu pergi meminta tolong pengacara sekaligus kekasih gurunya, Sindhu Sudiro. Walau awalnya menyangkal dan merasa tidak butuh pertolongan, Bi tidak tahan ketika melihat Bram menyakiti Karel, sesuatu yang sebelumnya tak pernah terjadi, tak lama setelah keduanya terlambat pulang setelah menemui Sindhu. Berdua dengan anaknya, Bi pun melarikan diri kepada Sindhu. Sindhu memang menawarkan cara untuk keluar dari neraka rumah tangganya. 

Masalahnya, akan bagaimana hidup Bi dan Karel setelahnya? Mau ke mana Bi setelah meninggalkan Bram? Selama ini, Bram adalah pelariannya dari ayahnya yang selalu menganggapnya sebagai kegagalan dan ibunya yang tidak bisa membelanya sama sekali. Selama ini, hanya Bram yang selalu mencintainya, walau terkadang cara Bram mencintai menyakiti Bi. Bi tidak memiliki siapa-siapa. Hidup tanpa Bram, mampukah Bi?

*******

Di kantor, saya punya teman yang kakaknya pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan bertahan dalam 9 tahun pernikahan walau sebenarnya kejadian penganiayaan itu bukan hanya baru terjadi di tahun-tahun terakhir pernikahan mereka. Lucunya, keluarga kedua belah pihak tidak ada yang tahu mengenai hal itu sampai suatu hari si Kakak tidak kuat dan menelepon ayahnya dalam keadaan nyaris pingsan dan badan babak belur. Suami si Kakak tidak pernah menunjukkan gejala suka kekerasan; sebaliknya, ia sangat perhatian, bertanggung jawab, dan lembut kepada keluarga besarnya, bahkan kepada teman saya. Dua pertanyaan yang selalu muncul di benak orang lain yang tidak menjadi korban atau pelaku KDRT setiap mendengar kisah mengenai KDRT--dalam hal ini saya dan teman saya--adalah:

1. Kenapa korban bisa bertahan begitu lama sebelum memutuskan untuk melawan atau pergi?
2. Kenapa pelakunya bisa bertingkah normal di luaran, bahkan begitu baik, tapi berubah begitu kejam ketika menghadapi istrinya (atau anggota keluarganya yang lain) sendiri?

Tentu ada banyak kombinasi alasan untuk menjawab kedua pertanyaan itu. Setiap kasus tentu berbeda karena masa lalu orang-orang yang terlibat di dalamnya berbeda-beda. Namun, melalui novel Perfect Pain, Anggun Prameswari menawarkan satu gambaran untuk menjawab kedua pertanyaan tadi.

Anggun menuturkan dengan runtut dan hidup; ia menghidupkan karakter Bi dan membiarkan Bi yang bercerita kepada pembaca mengenai jalan pikirannya dan apa yang terjadi di hidupnya. Pada awalnya saya merasa Bi bodoh dan keras kepala tidak pada tempatnya, tapi memang segala sesuatu ada alasannya. Pelan-pelan, masa lalu Bi terkuak dan saya sebagai pembaca dapat melihat apa yang membentuk seorang Bi menjadi Bi yang saat ini bertemu pembaca. Tetap, keputusan Bi terasa bodoh di beberapa bagian, tapi saya tidak bisa berharap lain karena begitulah hidup membentuk seorang Bi.  

Sungguh menyedihkan pula melihat betapa perbuatan dan perkataan seseorang dapat membentuk manusia lainnya. Perkataan negatif yang terus menerus diucapkan dapat terpatri begitu kuat di benak orang lain, terutama seorang anak, dan memengaruhi hidupnya di masa depan. 

Tidak banyak yang saya bisa ungkapkan mengenai kisah Bi karena tentu harus dibaca sendiri oleh setiap pembaca. Mungkin efeknya akan berbeda pula bagi setiap pembaca. Namun, bagi saya buku ini mengajarkan saya untuk selalu peka terhadap sekitar, berhati-hati terhadap perkataan saya kepada orang lain, dan juga lebih bijak dalam mengambil keputusan.

Sungguh suatu buku yang bagus dan perlu dibaca.

GIVEAWAY TIME!!

Selamat! Kamu sudah tiba di perhentian ke-6 Blog Tour Perfect Pain!!!! Kali ini, saya mau bagi 1 buku Perfect Pain persembahan dari Gagasmedia.

Caranya sih mirip-mirip sama giveaway lain di blog ini:

1. Kamu berdomisili di Indonesia
2. Punya akun twitter dan nge-tweet: "Saya mau baca kisah #Bi di #PerfectPain karangan @mbakanggun @gagasmedia. Menangin saya dong @_marsh113_ http://glasses-and-tea.blogspot.co.id/2015/12/blog-tour-perfect-pain-giveaway.html
3. Jawab pertanyaan ini: "kenapa kamu pengin baca buku Perfect Pain?"
4. Tinggalkan di komentar pos ini: akun twitter, link share tweet, dan jawaban pertanyaan.

Jawaban saya tunggu sampai tanggal 23 Desember 2015 yaaa... Pemenang akan diumumkan setelahnya. 

Selamat mencoba peruntungan, semoga kamu bisa berkenalan dengan Bi!