Pages

Monday, December 14, 2015

Stuck in Love

Pengarang: Stephanie Zen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 304

Alleira Barata menghadapi mimpi buruk: perusahaan yang baru dimasukinya satu bulan lalu tiba-tiba menghendakinya untuk memilih antara mengundurkan diri atau dipecat. Alleira memilih pilihan pertama dengan berat hati. Alleira memang merasa pekerjaan accounting yang dikerjakannya di perusahaan ini tidak cocok dengannya, tapi menjadi pengangguran jelas bukan pilihan. Alleira hanya memiliki visa kerja S Pass yang akan hangus jika ia berhenti bekerja, yang berarti ia tidak bisa lagi tinggal di Singapura. Ia tidak mau meninggalkan Singapura. Ia tidak mau meninggalkan Enzo, sahabat yang dicintai Alleira diam-diam.

Maka, Alleira berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan lagi, agar ia dapat segera mendapatkan S Pass baru. Beruntung We Connect, perusahaan online marketing yang hampir Alleira masuki sebulan sebelumnya--tapi kalah cepat dengan The Accountant, perusahaan yang akhirnya Alleira masuki dan membuatnya harus berhenti sebulan kemudian--menerima Alleira. Benjamin Chua, direktur We Connect, memang sejak awal sudah ingin merekrut Alleira.

Hidup Alleira dengan cepat berubah dari mimpi buruk menjadi kenyataan yang indah. Di We Connect, bukan saja pekerjaannya lebih nyambung dengan minat dan kemampuan Alleira, gajinya lebih besar dan terutama... rekan kerjanya sangat menyenangkan. Termasuk Ben. Ben adalah bos impian semua pegawai. Ia genius dan gesit dalam bekerja, tapi rendah hati dan selalu bersedia membantu anak buahnya yang kesulitan. Alleira merasa Ben adalah penolong yang dikirimkan Tuhan untuknya dan setiap perhatian kecil Ben padanya selalu membuat Alleira merasa nyaman.

Sayang, kehidupan pribadinya tidak berjalan semulus karirnya. Enzo, sahabatnya, sepertinya tidak pernah menganggap Alleira cukup pantas untuk menjadi kekasihnya. Enzo memang laki-laki yang nyaris sempurna: wajah dan penampilannya, ditambah sifatnya yang sedikit bad boy tapi memiliki jiwa kepemimpinan tinggi. Singkatnya, Enzo ini tipe alpha male banget! Banyak perempuan tergila-gila padanya, tapi Enzo tidak pernah berminat untuk serius. Ia seperti belum butuh pendamping dan menganggap perempuan hanya seperti hiburan. Bersama Enzo seringkali membuat Alleira frustrasi. Alleira selalu merasa cintanya bertepuk sebelah tangan tapi tak kuasa untuk jauh darinya.

Ketika akhirnya Alleira mengetahui kalau Ben mencintainya, pada saat yang sama Enzo mulai menunjukkan gelagat kalau ia pun mulai menyadari perasaannya terhadap Alleira. Dan kini, Alleira harus memilih: bersama laki-laki yang selalu membuatnya nyaman atau laki-laki yang telah berhasil menjungkirbalikkan perasaannya selama bertahun-tahun?


♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Dalam Metropop Talk, Mas Ijul, MC acara tersebut, melontarkan gagasan agar setiap pembaca Stuck In Love menulis di review mereka (baik review panjang seperti ini atau review pendek seperti lewat facebook, twitter, dll) apakah mereka #TeamBen atau #TeamEnzo. Tapi kalau buat saya sih, saya nggak bisa memilih. Jadi saya pilih #TeamAlleira aja deh *dikepruk*

Pas banget nih, kemarin, waktu saya jalan sama teman saya, kami membicarakan soal pasangan hidup. Maklum yaa... udah kepala 3, obrolannya udah berat *halah!* Ketika memilih pasangan hidup, sebenarnya tidak ada yang benar atau salah, tidak ada yang lebih baik dan lebih buruk. Semuanya lebih ke masalah dengan yang mana kamu bisa lebih berkompromi (begitu juga calon pasangan hidup kamu, sejauh mana dia mau berkompromi terhadap kamu) karena menikah dan menghabiskan hidup bersama pasangan hidup adalah suatu hal yang selalu butuh perjuangan. Apa yang terjadi dengan Alleira juga merupakan hal yang sama. Ia melakukan penilaian, apakah Enzo yang sudah lebih lama dikenalnya tapi memiliki sifat yang terus membuatnya menebak-nebak ataukan Ben yang jelas-jelas menunjukkan perasaannya tapi baru dikenal Alleira yang tepat menjadi pasangan hidupnya. Beruntung Alleira, jawaban itu akhirnya bisa ia dapatkan.

Saya suka dengan novel Stephanie Zen yang satu ini. Jika dibandingkan dengan More than Words yang sebenarnya konfliknya simpel dan penyelesaiannya sudah jelas, hanya saja jalan ke sananya dibuat ribet oleh para tokohnya sendiri, Stuck in Love mengajak saya untuk merenung. Walau pada akhirnya Stephanie membuat Alleira memilih salah satu di antara dua, sebenarnya, hal itu tidak mengarahkan pembaca untuk mengikuti jalan yang dipilih Alleira; bukan berarti di antara dua tipe laki-laki a dan b maka sebaiknya memilih tipe b. Bisa saja pembaca memilih tipe laki-laki a. Hanya dalam kasus Alleira, hatinya sudah menentukan ke tipe b. Kembali lagi, semua tergantung sejauh mana kita mau berkompromi.

Saya juga suka detail pekerjaan Alleira dan penjabaran permasalahan yang dihadapinya terkait karirnya, yang menyatu dengan cerita. Teman-temannya menyenangkan dan tentu saja, punya bos seperti Ben sepertinya impian banget (ampun Bu Bos, Ibu juga oke kok! Haha) Begitu pula dengan teman-teman seapartemen Alleira, Joya dan Leanne, yang begitu suportif. Mungkin yang agak membuat bingung adalah pembicaraan Alleira dengan rekan-rekan kerjanya dan Ben yang campur-campur Inggris-Indonesia. Aslinya bukankah Alleira menggunakan 100% bahasa Inggris (Singlish mungkin)? Atau bahasa Inggris campur mandarin? Penggunaan kalimat campuran Inggris-Indonesia pada bagian percakapan ini membuat saya bingung, jadi selain yang menggunakan bahasa Inggris, bahasa apa yang digunakan Alleira? Tak mungkin bahasa Indonesia, karena Ben, misalnya, tidak bisa bahasa Indonesia.

Tapi intinya sih, saya sangat merekomendasikan buku ini. #TeamAlleira!!!

Sedikit anekdot yang agak nyambung sama tema buku ini:
Dulu waktu saya kuliah, seorang teman cowok pernah bertanya dengan muka asli bingung banget ke saya.
Teman: Na, gue lagi bingung. Gue nembak cewek, trus ditolak. Nah, gue harus gimana dong? Gue terus ngejar dia atau gue nyerah aja? Kalo gue terus ngejar dia, dianya nggak suka, ntar dia eneg sama gue. Kalo gue nyerah, dia minta dikejar, kesannya gue cowok gampang nyerah. Gimana dong?
Saya: *bengong*
Hayo, saya harus jawab apa coba?

1 comment:

What is your thought?