Pages

Thursday, May 7, 2015

BLOG TOUR: LOVE FATE - INTERVIEW

Ini adalah hari keempat Blog Tour LOVE FATE!!!



Sudah baca 3 posting sebelumnya di sini, sini, dan sini? Belum? Waaah ayo cepat dibaca...

Di hari ke-4 Blog Tour, atau posting kedua di blog ini, saya mau membagikan sinopsis Love Fate sekaligus wawancara dengan pengarangnya, Sari Agustia.


Kata orang, pernikahan yang kupunya ini sempurna. Karier kami sama-sama menanjak. Sejak dua tahun lalu, kami mulai tinggal di rumah sendiri. Tak hanya itu, kami pun membekali diri kami masing-masing sebuah mobil untuk bepergian setiap harinya.

Oh ya, kami juga punya dana untuk travelling keluar negeri—setidaknya sekali dalam setahun—dan berkunjung ke rumah Ambu di Bandung atau rumah Bapak serta Ibu Mertuaku di Malang. Hanya satu yang sebenarnya sering kali mengganggu: Keturunan. Lima tahun bahtera ini berjalan, belum juga hadir si buah hati. Kami tak pernah menunda. Tak pernah juga mempermasalahkannya. Dan … tak pernah juga membicarakannya.

Bagaimana ini…. Suamiku sebenarnya mau punya anak atau tidak? Yang ke dokter hanya aku. Yang mau adopsi hanya aku. Masa hanya aku saja yang berusaha?


Editor’s Note
Salah satu novel yang termasuk dalam label "Le Mariage", bercerita tentang konflik rumah tangga, yakni karena ketidakpunyaan anak hingga usia pernikahan mencapai angka lima tahun. Padahal kehidupan si suami istri ini begitu lekat dengan kata sempurna.


Sekarang, ayo kenal pengarang Love Fate, Mbak Sari Agustia, lebih dekat dengan membaca interview saya dengan Mbak Tia.


Kenapa memilih jadi penulis? Apakah menulis sudah cita-cita Mbak dari dulu?
Jawabannya bakalan panjang ni kekeke.. Saat kecil saya seneng banget dengan buku, bikin buku-buku sendiri yang isinya klipingan dari koran, majalah sampai selebaran anak yang diterbitin perusahaan susu terkenal saat itu S*st*g*n. Bukunya sederhana, hanya ditempel di buku tulis. Waktu SD juga begitu, seneng banget pelajaran mengarang sampai panjang 2 halaman folio mah buat saya, cetek! #gaya. Sempet juga bikin buku cerita anak tapi saya lupa isinya tentang apa. Tapi sayang, begitu masuk ABG kelas 3 SMP - kuliah berakhir saya lupa sama buku dan menulis. Konsentrasi masa mudanya beralih jalur, untung masih positif sih, plus banyak main hehehe. Nah, setelah emak-emak, saya gak kerja, aktifitasnya rutin dan saya pengen bikin sesuatu buat "me time", saya coba semua dari menjahit, masak dan tentu nonton tivi, dan emak-emak bosen akhirnya pengen yang lain ya hehehe. Berasa dapet durian runtuh di kala sedang mencari "me time" lain, waktu dan kesempatan pas karena saya lihat Sekolah Perempuan,yaitu sekolah menulis online melalui Facebook dan selama kurang lebih 3 bulan, saya belajar kiat-kiat menulis hingga menjadi 1 naskah yang siap ditawarkan ke penerbit. Mereka tidak utak utik alur dan bahasanya ya, tapi lebih membangun motivasi, jurus-jurus menghalau rintangan yang mungkin timbul, pengetahuan dasar menulis dan gambaran dunia penerbitan buku. Selain itu, tentu mentor saya sebagai first reader yang memberi kesan pertama pada cerita ini.

Katanya, setiap penulis pasti suka membaca. Apa buku(-buku) favorit Mbak? Dan apakah buku(-buku) tersebut memengaruhi gaya penulisan Mbak?
Balik lagi ya, saya pernah di masa-masa kelam hanya sedikit baca buku. Padahal jaman sebelum SMA sih, saya punya buku novel anak banyak banget, kaya STOP dan Enid Blyton, belum lagi komik yang rutin dibeli dan saling pinjam dengan teman. Pas SMA, saya masih seneng komik yang kaya serial cantik karena langsung habis 1 buku, pinjem di tempat sewaan gitu. Pas tuh ceritanya romantis jaman high school. Singkat kata, sekarang ternyata saya menikahi kutu buku. Meski kami tinggal jauh dari Indoensia, setiap pulkam pasti mampir ke Gramedia, kita beli buku-buku umumnya tentang novel kisah inspiratif gitu, mulai dari Laskar Pelangi sampai 99 Cahaya di Langit Eropa. Di samping buku parenting (emak-emak banget), memang jarang yang kisah cinta romantis. Makanya sekarang pun saya rasa ya, ketika saya nulis juga realistis. Berkhayal sih, tapi unsur pura-puranya ga terlalu kental. (silahkan dinilai sendiri aja hehehe).

Tantangan apa yang Mbak temui dalam menulis novel Love Fate?
Saya tuh ga pede untuk mengungkapkan pikiran dalam tulisan ke publik. Pasang status di Facebook rutin aja baru saya mulai lagi tahun lalu. Setelah bersekolah, ternyata cerita singkat dalam status itu menyenangkan dan saya pun bikin blog meski belum banyak keisi. Dari semua hal tadi, tantangan paling besar adalah manajemen waktu. Sering berbenturan antara waktu nulis dan waktu anak makan, misalnya. Saat mau nulis di malam hari tapi ruang tengah kotor. Selain itu, sempat saya liburan pulang kampung ke Indonesia pas Ramadhan dan Lebaran. Dikirain santai bisa nulis taunya malah memble juga karena anak-anak minta jalan-jalan :D
PROFIL PENGARANG:

SARI AGUSTIA Lebih akrab dengan panggilan Tia. Lahir di Bandung, 20 Agustus 1982. Menempuh pendidikan terakhir di Institut Teknologi Bandung jurusan Matematika tahun 2000-2004. Pernah bekerja di Asuransi Tertua di Indonesia, Bumiputera sebagai Staf Aktuaris dan Eldridge Consulting (sekarang Milliman) sebagai Junior Aktuaris di Jakarta. Setelah menikah di tahun 2008, Tia dan suaminya menetap di Kuala Lumpur, Malaysia selama kurang lebih 4 tahun. Di bulan Juni 2013, Tia dan kedua anaknya, Grahito (5 tahun) dan Giska (2 tahun), mengikuti kepindahan kerja suaminya ke Aachen, Jerman hingga saat ini.
Hobi menulis sudah tertanam sejak kecil dan sempat terkubur sekian lama. Kembali menulis secara profesional dimulai sejak dia mengikuti Kelas Sekolah Perempuan dan ikut dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) di tahun 2014. Love Fate adalah novel perdananya. Setelah buku terbit, Tia kini aktif menjadi kontributor lepas di salah satu website dan ingin menghasilkan karya kembali. Wish her luck!

Tia bisa dihubungi di: 
Fb : Sari Agustia
Email : bukubuku.tia@gmail.com
Blog : http://sariagustia.blogspot.de/
Twitter : @TIAsariagustia

Sekian perkenalan kita dengan Mbak Tia di blog ini. Besok dan lusa, akan ada wawancara lanjutannya di blog Too Early dan Desty Baca Buku. Ikuti terus yaaa...

25 comments:

  1. kebetulan lg cari bacaan domestic romance tp menghindari yg temanya perjodohan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya agak bosen dgn tema perjodohan. Nanti ikut GAnya Lin..

      Delete
    2. Sudah na. Ceritanya agak mirip After D-100 (K-Lit Haru). Ceweknya selalu dicecar soal anak dan dituduh mandul sama mertua, sementara suaminya cenderung menghindar kalau membahas soal anak.

      Delete
  2. Entah cuma perasaan saya aja atau gak, pertanyaan pertama dan kedua jawabannya gak menjawab pertanyaan yang diajukan, walaupun jawabannya masih seputar pertanyaan.

    kayak pertanyaan pertama, belum kejawab apa menulis emang cita-cita mba tia. Yang di jawab adalah kalau mba tia emang udah nulis dari kecil, dan mulai menulis karena mengisi waktu yang kosong.

    pertanyaan kedua jawabannya masih di awang-awang hehe ... belum ngena dengan jawaban. Mbatia cuma menjelaskan buku2 yang mba tia sukai dari zaman kecil sampe zaman emak-emak #eh #ngaco hehe

    Tapi saya juga ngalami manajemen waktu yang sulit ketika memutuskan menulis di sela-sela mengurus anak dan suami. Berat euyy ...

    merasa senasib sama mba Tia hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe agak muter-muter ya?
      Intinya, Mbak Tia itu menulis berangkat dari hobi, nggak pernah bener-bener mencita-citakan jadi penulis. Tapi seiring waktu, akhirnya memang jalannya ke arah situ.
      Dan soal bacaan favorit, berubah-ubah sesuai waktu.
      Mbak Tia kayaknya orangnya go with the flow banget niiih.

      Delete
    2. Makasi ya nana uda dibantuin jawab ya...

      ga nyambung ya mba neneng? tapi buku saya nyambung kok wahahah maksudnya mau diplomatis mba, kalo saya bilang ga cita-cita kynya si ga juga, karena waktu kecil saya uda bikin buku, sempet juga pas kerja mau masukin naskah,tapi g jadi :(

      nah kalo saya bilang cita-cita ga ngebet banget dijalaninnya, karena ada masa "kelam"nya saya lupa sama hobi saya yang satu ini (aka. nulis). Intinya memang skr waktu yang pas aja semuanya ada rejekinya.

      pertanyaan kedua, maaf apa mempengaruhi gaya penulisan y? ya itu tulisan saya jadi sangat realistis (menurut saya lo), sudut pandangnya orang pertama, romansanya ga muluk2...bgitu bukan Nana? silahkan intip di bagian reviewnya Nana. Kayanya salah satu koreksian Nana itu karena ada imbas bacaan saya skr yang lebih buku2 petualangan nyata.

      Delete
  3. Entah cuma perasaan saya aja atau gak, pertanyaan pertama dan kedua jawabannya gak menjawab pertanyaan yang diajukan, walaupun jawabannya masih seputar pertanyaan.

    kayak pertanyaan pertama, belum kejawab apa menulis emang cita-cita mba tia. Yang di jawab adalah kalau mba tia emang udah nulis dari kecil, dan mulai menulis karena mengisi waktu yang kosong.

    pertanyaan kedua jawabannya masih di awang-awang hehe ... belum ngena dengan jawaban. Mbatia cuma menjelaskan buku2 yang mba tia sukai dari zaman kecil sampe zaman emak-emak #eh #ngaco hehe

    Tapi saya juga ngalami manajemen waktu yang sulit ketika memutuskan menulis di sela-sela mengurus anak dan suami. Berat euyy ...

    merasa senasib sama mba Tia hehe

    ReplyDelete
  4. saya sangat suka membaca,terkadang mencoba menulis,baru beberapa kata udah nggak tau mau menulis apa lagi,jadi pembaca aja cocoknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. menulis kalau ga ada yang baca juga ga ada artinya. Terima kasih sudah mau membaca :)

      dan Nana, trims sudah mau mereview :)

      Delete
  5. Jika nanti aku memiliki anak, kalau dia seorang putri, aku akan memberinya nama “Annisa”. Nama itu adalah nama yang diinginkan dan aku harapkan bersama kekasihku. Annisa berarti seorang perempuan. Dengan harapan, semoga dia menjadi seorang perempuan yang baik, yang memiliki kasih sayang seperti nama diriku “Rohmah”. Awalan huruf “A” adalah, agar dia bisa menjadi yang selalu terdepan namun, tetap besikap rendah hati. Nisa, adalah nama panggilan yang pas untuknya kelak. Hee... dan untuk nama depan atau nama belakangnya, menyesuaikan dengan pendapat ayahnya nanti.

    Khoirur Rohmah | @Sii_Rohmaazha05 | Jember

    Aku sudah komen di A Pair of Glasses and a Cup of Tea : Sneek Peak/Interview with the Author, Too Early : Sneek Peak/Interview with the Author, dan Desty Baca Buku : Sneek Peak /Interview with the Author dengan nama Rohmah

    ReplyDelete
  6. wah ternyata gak selamanya niat mau menulis itu mulus2 aja ya mbak... aku kira cuma buat (calon) penulis pemula aja hihihi :D
    semangat berkarya mbak! :)

    Dias Shinta Devi
    @DiasShinta

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga pemula lho, jd sama aja hehehe skr sudah banyak info dan kesempatan kalo mau jadi penulis. Mampir ke blog saya juga bole, saya bagi kisahnya Love Fate ada sampe tuntas. just for sharing :)

      Delete
  7. Selalu semangat berkarya ya mb Tia meskipun banyak hal yang menghadang =)

    Maria Azmi Piscessanella
    @piescessanella_

    ReplyDelete
  8. Haduuuuh beruntungnya Mbak Tia dapat suami yang juga kutu buku. Bisa sama-sama mengerti hobi yang sudah mendarah daging itu ya. Semoga sukses deh Mbak Tia dan karya-karyanya. Ditunggu lagi novel/buku selanjutnya. :)

    ReplyDelete
  9. Haduuuuh beruntungnya Mbak Tia dapat suami yang juga kutu buku. Bisa sama-sama mengerti hobi yang sudah mendarah daging itu ya. Semoga sukses deh Mbak Tia dan karya-karyanya. Ditunggu lagi novel/buku selanjutnya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, rejekinya begitu...dari baca dan bisa menulis kembali adalah anugrah buat saya. Aamiin, doakan langgeng ya :)

      Delete
  10. Mbak Tia ini dari hobi bisa jadi penulis beneran yah, asalkan tekun aja. Dan itu, yang Mbak nya bikin cerita anak-anak, dia bikin sewaktu masih kecil? Keren banget kalau begitu. Ditunggu karya selanjutnya yah Mbak Tia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya tapi saya sempat berada di masa yang "tidak menulis" mba Lee, itu lah mengapa saya masi memulai semuanya dari nol. Dan sekarang begitu banyak kemudahan bagi calon penulis baru, asal mau cari bisa didapat dengan mudah :)

      Delete
  11. Setuju banget sama Mbak Tia, me-manage waktu jadi hal yang sangat penting. Niat menggebu-gebu untuk menelurkan tulisan, inspirasi datang silih berganti tapi kadang nggak ada waktu luang. Atau justru kebalikannya, saat ada waktu luang, inspirasi juga ada tapi ngerasa sulit untuk menuangkannya dalam rangkaian kata. Benar-benar harus disiplin sama target dan tegas sama diri sendiri. Semangat, Rin! :D

    @rinicipta

    ReplyDelete
  12. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  13. Nana ... thanks buat interviewnya, semoga pembaca lebih bisa kenal saya lebih dekat dan semangat buat baca Love Fate :)

    ReplyDelete
  14. Beh... pengalaman menulisnya mbak Sari Agustia menginspirasi banget nih...
    pengen baca banget serial novelnya mbak Sari Agustia ini :D

    ReplyDelete
  15. selalu semangat menulis mbak tia :) di tunggu novel-novel selanjutnya :D

    ReplyDelete

What is your thought?