Thursday, September 24, 2015

Kismet


Pengarang: Nina Addison
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 294


Apakah aku dan Cia adalah "kismet", seperti yang cewek ini bilang? Nggg... I'm not so sure. Namun ada sesuatu di diri Cia yang seperti menarikku untuk mengenalnya lebih jauh. Sesuatu yang tidak aku rasakan ketika pertama bertemu dan bahkan tinggal bareng dengan si teman apartemen.

Maybe all I need is a leap of faith, pikirku.

Alisya bertemu Cia karena suatu insiden yang melibatkan tonjokan di kafe sebuah toko buku di New York. Setelah itu, dua perempuan Indonesia yang terdampar di New York itu pun seperti berjodoh; Alisya membutuhkan apartemen, Cia membutuhkan teman seapartemen. Kismet--atau takdir, kata Cia. Walau pada awalnya pertemanan mereka terasa seperti melewati jalan berbatu-batu, lama kelamaan Alisya dan Cia menjadi akrab seperti dua saudara. Cia selalu siap menjadi pendengar dan penolong Alisya saat Alisya menghadapi masalah keluarga dan juga bertemu pria misterius yang telah beristri dan sedang menunggu kelahiran anak pertamanya, Mr. Gajah, dan Alisya juga menemani Cia di saat-saat terberat gadis itu, yang kemudian menyebabkan Cia harus kembali ke keluarganya di Indonesia.

Tahun-tahun kesendirian Alisya di New York sepeninggal sahabatnya diisi Alisya dengan kuliah dan membuka bisnis fashion, sampai kemudian akhirnya ia pergi ke Indonesia untuk menghadiri ulang tahun Hope, putri Cia, sekaligus belajar membatik untuk keperluan bisnisnya. Siapa sangka, pertemuan kembali dengan sahabatnya itu bukan semata-mata membawa kebahagiaan tapi juga membawa tonjokan dari Cia kepada Alisya, persis seperti awal pertemuan mereka dulu, walau kini beda sasaran. Ironis!

"Lo..." katanya geram, "...perempuan seperti lo yang bikin perempuan kayak gue nggak bisa lagi percaya cinta." Kepalan tangannya mengeras, dan sebelum aku bisa menjawab apa-apa, kepalan itu meluncur cepat ke arahku.

Kismet adalah novel Metropop yang saya rekomendasikan buat pembaca penggemar kisah-kisah tentang masyarakat urban yang mencari tema persahabatan yang kental. Ya, tentu saja, bumbu romance masih mendapat porsi. Hanya saja, tema utama kisah ini tentu adalah persahabatan Alisya dan Cia dengan sisi romance sebagai pendukung tema utama.

Kisahnya ditulis dengan lincah dari sudut pandang Alisya, si tokoh utama yang memiliki sifat menyenangkan. Ya, tak susah menyukai Alisya. Dia adalah tipikal perempuan yang mandiri dan sangat menggunakan logika dalam bertindak. Namun demikian, ia juga sahabat yang baik untuk Cia. Dukungannya yang tiada henti pada sahabatnya sangat terasa melalui penuturannya sepanjang cerita. Berkebalikan dengan Cia, yang impulsif dan blak-blakan. Cia ini tipikal orang yang mudah termakan omongan orang lain, marah-marah duluan, baru menyesal belakangan. Tapi bagusnya, dia tidak segan-segan dalam membela dan berkorban untuk orang yang ia sayangi. Interaksi keduanya yang dituturkan melalui keseharian yang dilalui keduanya di New York, lalu pertemuan mereka kembali di Indonesia, terasa hangat dan menyenangkan.

Lalu mengenai konfliknya? Tentu harus dibaca sendiri untuk tahu apa yang menyebabkan kedua sahabat ini akhirnya bisa berakhir menjadi musuh. Walau sebenarnya bisa ditebak dari sinopsis di back-cover novel ini, yaitu tentang laki-laki, ada twist di sana yang cukup menarik dan mengagetkan. 

Kisah Kismet mengajarkan kepada pembaca mengenai arti persahabatan, bahwa dalam pertemanan, tidak selalu semuanya berjalan mulus. Kita tidak bisa seratus persen cocok dengan orang lain, dan ada kalanya kita hampir menyerah dan memutuskan lebih baik berhenti berteman saja. Tapi, dengan toleransi dan penyesuaian diri, semua pasti bisa dilalui kok. Lewat kisah Alisya dan Cia, Nina Addison mengingatkan pembaca mengenai indahnya persahabatan antarperempuan dengan cara yang menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Ya, Nina Addison memang memiliki gaya bercerita yang lincah, dengan penokohan yang sangat down-to-earth. Sungguh mudah bagi pembaca untuk merasa terkait dengan para tokohnya, walau mungkin apa yang dilalui para tokohnya sangat berbeda dengan kehidupan pembaca sehari-hari. 

Sedikit kritik untuk novel ini mungkin tidak ada hubungannya dengan cerita, yang saya suka banget, melainkan kemasannya. Pertama mengenai cover yang--menurut saya pribadi--kurang menarik. Tulisan KISMET mengambil porsi terlalu besar dengan jenis tulisan yang mengingatkan saya pada iklan minuman atau permen dingin. Jika bukan karena saya kebetulan berteman dengan editor buku ini, Dini Novita Sari, yang beberapa kali mempromosikan buku ini, mungkin saya tidak akan tertarik beli. Kedua, mengenai ilustrasi di dalam buku yang menurut saya terlalu kasar sehingga kurang sesuai dengan citra Metropop. Selain itu, kenapa tiba-tiba, di tengah sketsa-sketsa, muncul stok foto kota New York? Rasanya kurang pas saja.

Namun demikian, saya tetap menyukai novel ini dan senang juga sudah memutuskan untuk membacanya. Untuk Nina Addison, ditunggu kisah-kisah selanjutnya!

No comments:

Post a Comment

What is your thought?