Pengarang: Annisa Ihsani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Halaman: 266
Format: e-book (beli di Scoop)
Sejak dulu, Amanda terkenal sebagai anak berotak encer. Prestasinya selalu memuaskan dan ia bahkan berhasil mendapatkan keringanan finansial di sekolah berkat riwayat akademisnya. Murid-murid lain menjulukinya "Hermione". Amanda selalu bersungguh-sungguh dalam belajar sampai-sampai tidak punya waktu untuk bersosialisasi. Buatnya, nilai yang sempurna adalah sesuatu yang wajib diraihnya.
Satu-satunya orang yang membuat Amanda masih bisa memiliki kehidupan sosial adalah Tommy, sahabat sekaligus tetangganya sejak dulu. Tommy juga berotak encer, namun ia lebih supel dan dapat menyeimbangkan waktu untuk belajar dengan bergaul.
Hidup Amanda tadinya sempurna, dengan masa depan cerah membentang di depannya. Apalagi setelah akhirnya ia berpacaran dengan Tommy, yang selalu menghadirkan momen-momen manis dalam hidupnya. Namun, sesuatu terjadi. Amanda mulai merasa kalau ia sebenarnya tidak pandai dan kemampuannya sebenarnya hanyalah keberuntungan. Ia mulai mempertanyakan banyak hal tentang dirinya dan kehilangan kepercayaan dirinya. Ia pun kemudian menjadi enggan bangkit dari tempat tidur dan beraktivitas karena tak bisa menghentikan pikiran yang berkecamuk di otaknya dan melelahkannya secara mental.
Amanda depresi.
Namun, mungkinkah seseorang yang begitu sempurna seperti Amanda merasakan depresi? Berhakkah orang seperti Amanda merasakan depresi?