Friday, April 4, 2014

Kei

Pengarang: Erni Aladjai
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 250

Kisah Kei dibuka pada bulan November 2001, ketika Namira hendak pulang ke kampung halamannya di Kepulauan Kei dari Makassar. Dua tahun sebelumnya, ia terpaksa mengungsi ke Makassar setelah kerusuhan antarumat beragama yang berasal dari Ambon, pecah di kampung halamannya. Kini, ia rindu untuk kembali ke tanah kelahirannya dan juga untuk menemui orang-orang yang ia sayangi di sana.

Ain ni ain manut ain mehe ni tilur, wuut ain mehe ni ngifun -- kita semua bersaudara, kita adalah telur-telur yang berasal dari ikan yang sama dan seekor burung yang sama pula.

Sebelum kerusuhan tahun 1999, penduduk Kei adalah penduduk yang hidup dalam damai dan toleransi. Walau penduduknya terbagi dalam tiga agama besar: Islam, Katolik, dan Kristen, semua dapat hidup berdampingan karena memegang teguh adat bahwa semuanya bersaudara. Namira, yang beragama Islam, juga percaya hal itu. Sahabatnya, Mery, adalah pemeluk agama Katolik. Ketika kerusuhan melanda Kei, sebenarnya tidak ada yang tahu siapa yang memulai dan kenapa. Kerusuhan itu adalah buntut dari kerusuhan yang terjadi lebih dulu di Ambon, dan juga terlebih dahulu terjadi di Jakarta, ibu kota Indonesia. Pada saat itu terbagi dua kelompok: Kelompok Merah (Kristen) dan Putih (Islam) yang saling membantai dan juga membantai penduduk di kampung-kampung di Kei yang sebelumnya damai. Namira terpisah dari ibunya dan mengungsi ke Langgur. Di sana, ia bertemu Sala, seorang pemuda Kristen yatim piatu yang juga mengungsi dari desa Watran dan kini membantu para pengungsi lainnya.

Di Langgur, Namira dan Sala seperti mendapatkan saudara. Dengan mudah mereka menjadi dekat dan menjalani hari-hari di pengungsian dengan penuh optimisme. Mereka kemudian jatuh cinta dan, tanpa memedulikan perbedaan agama, Sala melamar Namira. Namun, kerusuhan akhirnya mencapai Langgur. Namira, yang mengungsi ke tempat Mery di Evu, terpaksa berpisah dengan Sala yang tinggal di Langgur. Hari-hari penuh ketakutan kembali mencekam. Pada akhirnya, kerusuhan juga sampai ke Evu, dan lagi-lagi Namira terpaksa mengungsi ke Makassar, meninggalkan tanah kelahirannya, kerabat, dan Sala.

Dua tahun kemudian, kerusuhan di Kei sudah mereda. Berhasilkah Namira pulang ke pelukan orang-orang yang ia cintai?

Sebelum bicara mengenai buku ini, saya mau cerita dulu mengenai percakapan saya dengan penulis, Erni Aladjai, yang kebetulan saya kenal karena satu proyek dari satu penerbit yang melibatkan kami berdua. Awalnya, ketika kami berkenalan, Erni nggak bilang kalau ia adalah penulis novel Kei. Baru dari teman lain, saya tahu kalau dia adalah penulis novel Kei, novel yang sudah beberapa lama membuat saya penasaran (tapi kenapa bukunya nggak dibeli, Na?). Ya udah, saya bilang aja kalau saya akan membeli dan membaca bukunya (sekalian mau minta tanda tangan, mumpung sering ketemu gituuu... *PLAK!*). Nah, pas saya bilang begitu, dengan malu-malu Erni bilang, "Semoga bukunya nggak terlalu berat ya, Na." Lha, saya makin penasaran dong, emang bukunya seberat apaan sih, perasaan tipis dehhh... *nggak nyambung Naaaa*

Lalu saya beli dong bukunya.. dan saya baca. Ternyata nggak berat koook. Beneran deh. Buat saya, sangat mudah untuk mengikuti penuturan Erni di novel Kei ini. Walau gaya penulisannya formal dan tema cerita cukup serius, tidak membuat cerita menjadi kaku dan membosankan, malah sebaliknya. Suasana mencekam yang disebabkan oleh kerusuhan yang melanda masyarakat Kei dan juga ketabahan serta tekad para pengungsi untuk tidak terpecah belah dan berpegang teguh pada tradisi berhasil diceritakan Erni dengan baik melalui mata Namira dan Sala, kedua tokoh utama. Ada rasa iba namun juga kagum yang muncul di hati saya ketika membaca kisah ini. Dan terutama, pesan yang terkandung dalam buku ini menurut saya sangat baik dan relevan dalam kondisi Indonesia saat ini yang sangat rentan terpecah belah.

Masyarakat Kei sebenarnya adalah masyarakat yang cinta damai dan memiliki toleransi cukup tinggi. Walau pendidikan mereka tidak cukup tinggi dan daerah mereka cukup terpencil, ketaatan masyarakat Kei pada tradisi dan kearifan lokal mampu membuat mereka menjadi masyarakat yang damai dan penuh rasa kekeluargaan. Di Kei, orang-orang Islam, Kristen, dan Katolik mampu hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati. Ketika kerusuhan Ambon akhirnya merambat sampai ke Kei, saat itulah cobaan akhirnya datang. Oknum yang memisahkan masyarakat menjadi golongan "merah" dan "putih" dan saling menghabisi satu sama lain merupakan ujian bagi masyarakat Kei, apakah mereka mampu mempertahankan tradisi yang telah lama mereka anut atau justru turut serta dalam perpecahan. 

Apa yang terjadi di Kei mungkin hanya sebagian kecil dari kisah kerusuhan yang melanda Indonesia setelah lengsernya Soeharto dari kursi presiden. Namun, kisah Kei juga merefleksikan apa yang tengah terjadi di Indonesia saat ini. Dulu, Indonesia terkenal karena Bhinneka Tunggal Ika-nya. Betapa masyarakat Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, dan bahasa dapat hidup berdampingan dan penuh toleransi. Kini, rasa toleransi itu perlahan-lahan luntur dan masyarakat Indonesia makin digerogoti rasa tak percaya dan permusuhan antara satu dengan yang lainnya. Betapa mudah kita mendapati berita mengenai penganut agama yang satu menindas penganut agama yang lain atau komentar-komentar di media sosial yang menyudutkan masyarakat dari agama atau suku tertentu. Saat ini, Indonesia pun tengah menghadapi ujian yang dulu pernah dihadapi masyarakat Kei. Kini saatnya kita sebagai masyarakat Indonesia membuka mata dan belajar dari masyarakat Kei yang sederhana namun kuat ini.

Sebagai penutup, saya sangat merekomendasikan novel ini untuk teman-teman semua. Selain cerita yang cukup menarik untuk diikuti, novel ini juga mengingatkan kita untuk menjaga nasionalisme kita.


----- GIVEAWAY TIME!!! -----



Saya dan Erni sudah menyiapkan 1 buku Kei bertanda tangan untuk teman-teman pembaca Glasses and Tea yang beruntung. Jika berminat memiliki buku ini, silahkan isi Rafflecopter di bawah.

Waktu giveaway adalah hari ini sampai tanggal 11 April 2014.
Giveaway hanya untuk yang berdomisili di Indonesia.

Syarat yang harus dipenuhi sebenarnya hanya satu, yaitu meninggalkan komentar di bawah pos ini mengenai "Apa yang terlintas di pikiranmu pertama kali saat mendengar kata "Kei". Sisanya bersifat optional alias tidak harus diikuti, antara lain tweet mengenai giveaway ini, menjadi fan di Facebook Page Glasses and Tea, dan follow blog ini. Namun, jika ingin poinmu bertambah lebih banyak dan meningkatkan kesempatan menang, silahkan diikuti ya.


a Rafflecopter giveaway


Saya dan Erni mengucapkan "semoga beruntung dan selamat membaca!!"
 

12 comments:

  1. Kalau dengar kata Kei, langsung kepikiran sama Maluku dan langsung keingat sama tempat saya lahir dan besar (sampai terpaksa pindah gara2 kerusuhan dulu).

    ReplyDelete
  2. Mendengar Kei jadi ingat dengan satu kata dalam bahasa Inggris, key untuk kunci. Agak jauh kalau secara typo dari I ke Y, tapi secara pengucapan sih kurang lebih sama. Kenapa key? Rasanya key menuntunku pada sebuah rahasia di dalamnya, dengan key (kunci) kita bisa menyimpan suatu hal berupa rahasia yang mungkin belum tentu bisa diketahui dengan orang lain, kecuali kalau kita sendiri yang memberi-tahukan bagaimana cara membuka 'key' itu sendiri. Hahah... agak nggak nyambung ya Kak Na?

    Begini, sebelumnya aku udah tahu kalau GagasMedia menerbitkan buku ini, judulnya juga singkat dan mudah diingat menurutku. Hanya tiga huruf. Sayang, agak susah mencarinya di toko buku, mungkin karena aku kurang jeli aja ya carinya :D Dan sebelum membaca review Kak Nana ini, aku belum pernah baca review Kei, aku kira Kei itu nama dari tokoh yang ada di dalam buku ini. Bener, dugaanku selalu gitu, "Kei, nama dari tokohnya ya?" Tapi ternyata..., setelah baca review Kak Nana (secara sadar) kali ini, aku baru ngeh kalau ternyata Kei itu nama daerah. Duh x_x

    Jadi, menurutku ada kesinambungan, dari review Kak Nana lah aku punya 'key' (kunci) bahwa ternyata Kei bukan nama tokoh, itulah kuncinya. Sayang, aku belum tahu isinya, jadi semoga Kak Nana dan Kak Erni berkenan memberikannya padaku. Hoho... Amiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat ya kamu menang giveaway ini... silahkan kirim e-mail ke martina.s.daruli@gmail.com berisi nama, alamat lengkap, dan nomor telepon yang dapat dihubungi.

      Delete
    2. wah wah wahh.. telat dapat blog ini.padahal mauu banget dapat giveawaynya :(

      Delete
  3. Jadi keinget nama Jepang yang menurutku unyu banget => Keiko :D selalu suka kalau ada orang/karakter novel yang namanya Keiko. Enak aja didengernya dan dipanggilnya. Keiko ini juga karakter favoritku dari seri Seasons-nya mbak Ilana Tan. Dia pustakawan cantik yang cinta buku klasik <3 loveable banget deh...

    eh mbak saya lupa ngasitau saya follow pake Google+ ya

    Amelia Aura

    ReplyDelete
  4. Ikutan ya, kak :D

    Jujur aja, pas awal dengar judul buku ini, seperti kebanyakan orang, kukira Kei itu nama tokoh utamanya. Eh, ternyata nama tempat, dan yeah, aku belum pernah dengar nama pulau ini sebelumnya. Maklum, geografiku memang kurang baik :p

    Sekian dan terima kasih :D

    ReplyDelete
  5. "Apa yang terlintas di pikiranmu pertama kali saat mendengar kata "Kei"

    Yang pertama terlintas dipikiranku adalah Kei EXO (ya, meskipun aku tahu kalau itu adalah Kai, pakai "a" bukan "e"). Kenapa jadi hubungannya ke EXO? Karena sekarang mereka sedang rilis teaser buat album baru dan aku baru aja nonton teasernya tadi, sekaligus langsung klepek-klepek sama Kei. Soalnya imut, sih, dia. Sama kayak cover buku ini, hehehe. *ini serius!*

    Oh iya, setelah baca resensi yang ditulis sama Kak Martina, aku jadi tertarik. Soalnya aku sering banget dengar cerita tentang "mundur"-nya Pak Harto dari mana-mana. Menurutku, salah satu kejadian yang terparah di Banjarmasin, sih. Soalnya ada banyak banget orang yang meninggal gara-gara itu (dan aku... tinggal di Banjarmasin. ^^). Dan, kalimat "Apa yang terjadi di Kei mungkin hanya sebagian kecil dari kisah kerusuhan yang melanda Indonesia setelah lengsernya Soeharto dari kursi presiden." bikin aku tertarik buat baca. Meskipun (mungkin) enggak semua isi novel ini menyentil ke arah situ, tapi aku tetap penasaran. Gimana sih kejadian sebenarnya? Apalagi ternyata Kei adalah nama tempat! Kan bisa sekalian belajar Sejarah sama Geografi~

    Dan karena Kei merupakan nama tempat, maka tebakan saya sama seperti tebakan peserta lainnya, yaitu melenceng total! Hehehe. ><

    ReplyDelete
  6. Pertama kali liat cover ini di toko buku, pertama kali yang terlintas Kei itu nama tokoh utamanya, yang terbayang tokoh pria yang cool, alpha male, cuek tapi lucu :D dan tak lupa mukanya unyu-unyu. Tapi setelah ubek-ubek blog anggota bbi yang ripiuw ini eh baru sadar kalau Kei itu nama daerah di Indonesia (sayaa maluuu karena gak tau-_-v)
    Dan waktu gagasdebut, (iyakah?) saya lupa kak hihi. Banyak anggota bbi yang ngadain kuis, saya selalu ikut kuis berhadiah buku ini dan selalu kalah -__- udah penasaran tingkat akut sama perjalanan kisah Sala dan Namira:3 semoga aku beruntung kali ini :D

    ReplyDelete
  7. ada dua hal yang terlintas ketika melihat judul buku ini Kei. Pertama adalah nama sebuah tempat di Maluku, samar terlintas dalam ingatan tentang kerusuhan yang terjadi di tempat itu, Kedua adalah nama yang unik dari tokoh utama dalam buku ini.

    ReplyDelete
  8. Hal pertama yang terlintas di pikiranku saat mendengar kata "Kei" adalah nama orang Jepang. Kan di tokoh-tokoh kartun Jepang banyak yang pakai nama Kei. Iya kan?
    Tapi pas baca review novel ini, ternyata saya salah besar. Kei ternyata salah satu nama suku di Maluku sana. Dengan adat tradisi yang kental, buku ini punya daya tarik sendiri. Kebelet baca!

    -Dian-
    Email: dianmayasariazis@gmail.com
    Twitter: @dianbookshelf

    ReplyDelete
  9. Yang pertama kali saya simpulkan saat mengetahui kata kei adalah kata tersebut adalah nama tokoh utama karena memang kebanyakan novel di Indonesia menggunakan nama tokoh utama untuk dijadikan judul sampul :) .

    ReplyDelete
  10. Menurutku, salah satu kejadian yang terparah di Banjarmasin,
    karena menelan banyak korban, ada banyak banget orang yang meninggal..
    ternyata KEI salah satu nama suku di Maluku sana. Dengan adat tradisi yang kental, buku ini punya daya tarik sendiri.

    Toko Buku Online GarisBuku.com

    ReplyDelete

What is your thought?