Tuesday, June 2, 2015

Jodoh untuk Naina


Pengarang: Nima Mumtaz
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2015
Halaman: 253

Naina Humairah dijodohkan oleh abahnya. Di umurnya yang 22 tahun, Naina adalah anak terakhir Abah yang belum menikah. Naina pasrah dengan jodoh yang dipilihkan Abah karena percaya pilihan Abah pasti yang terbaik untuk dirinya. Lagipula, Naina ingin jadi anak yang berbakti pada Abah, yang telah mengurusnya sejak ibu Naina meninggal dunia. Betapa kaget Naina ketika tahu ternyata ia dijodohkan dengan Rizal Ayyashi, yang sepuluh tahun sebelumnya terkena skandal sehingga harus pergi meninggalkan kampung mereka.

Pernikahan dijalani Naina dengan tidak ikhlas. Ia ingin membatalkan pernikahan, namun mengingat Abah; Naina tidak ingin menjadi anak durhaka. Tapi bagaimana ia bisa menjalani pernikahan dengan ikhlas jika setiap hari ia mempertanyakan kemampuan Rizal menjadi imam bagi keluarganya?


♠♠♠♠♠♠

Jodoh untuk Naina berkisah mengenai kehidupan berumah tangga yang sederhana namun sarat pelajaran. Walaupun dikisahkan dari sisi Islami, banyak nilai yang bersifat universal yang dapat kita pelajari dan dapat diterapkan dalam rumah tangga apapun tanpa memandang agama. 

Pernikahan adalah sebuah proses, begitu pesan utama yang saya tangkap dari novel ini. Proses mengenal, proses mempercayai, dan juga proses bekerja sama dalam sebuah tim yang terdiri dari suami dan istri. Jodoh untuk Naina menyajikan proses itu dengan sangat baik lewat karakter Naina dan pandangannya terhadap permasalahan rumah tangganya. Dan akhirnya, jika proses itu dapat dijalani dengan baik, maka akan tercapai kehidupan rumah tangga yang rukun dan damai.

Nima Mumtaz membalut kisah Naina dan persoalan rumah tangganya dengan ringan dan asyik diikuti. Walau sarat nilai religi, tetap dapat dibaca dan dimengerti oleh siapa saja. Dan, seperti sudah saya bilang tadi, pesannya bersifat universal.

Mengenai tokoh-tokohnya, saya suka bagaimana Nima benar-benar memperhatikan detail para tokohnya. Tokoh utama Naina terasa hidup dan konsisten dengan sifat pemalu dan tertutupnya. Kadang membuat saya kesal, namun toh akhirnya saya maklum juga karena sebenarnya ia memiliki maksud yang baik. Hanya saja ia perlu banyak belajar untuk menyuarakan pikirannya. Tokoh Rizal sebaliknya. Dia contoh suami idaman banget! Pengertian dan bertanggung jawab. Mungkin karena usianya yang sudah jauh lebih matang dari Naina. Tokoh-tokoh pendukung cerita seperti Abah, Salman, dan Muthi serta orang-orang lain di kampung mereka juga terasa hidup dan dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Walau tidak disebutkan dengan jelas di mana letak kampung Naina, rasanya saya bisa membayangkan Naina hidup di salah satu kampung dekat rumah saya, yang masih kental nilai Islamnya. 

Sebagai penutup, saya merekomendasikan buku Jodoh untuk Naina untuk teman-teman pembaca yang sedang mencari kisah tentang pernikahan yang betul-betul membahas mengenai problema pernikahan yang nyata, bukan semata-mata kisah drama dan romance dalam balutan kisah pernikahan. Semoga bisa banyak belajar dari kisah Naina dan Rizal.

1 comment:

What is your thought?