Saturday, December 26, 2015

Jomblo Bermartabat

Pengarang: Cut Nursyidah Dewi
Penerbit: Bhuana Sastra
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 192

Fiya adalah seorang jomblo bermartabat; seorang perempuan yang taat agama dan patuh pada orangtua, dan mengharapkan segera bertemu jodohnya. Sayang, sepertinya jalannya untuk bertemu jodoh memiliki banyak hambatan. Ia selalu patah hati. Padahal, ia bukannya tidak cantik lho!

Suatu hari, ketika berkunjung ke rumah kakaknya, Fiya bertemu dengan keponakan kakak iparnya, Ricki. Ricki yang baru lulus SMA dan datang dari Aceh untuk bekerja di Jakarta ini dengan cepat menarik perhatian Fiya. Ricki pun memiliki perasaan yang sama. Sayang, Ricki jauh lebih muda dari Fiya dan merupakan keponakan Fiya. Masa tante menikah dengan keponakannya sih?

Karena aksi jual mahalnya, Fiya akhirnya terpaksa gigit jari ketika Ricki memutuskan kembali ke Aceh. Fiya pun kemudian kembali dijodohkan oleh keluarganya. Sayang, tidak ada laki-laki yang mampu menggetarkan hati Fiya seperti Ricki. Tapi, demi menyenangkan hati kedua orang tuanya, Fiya pun menyanggupi untuk pulang ke Aceh untuk bertemu laki-laki yang sudah dipilihkan orangtuanya, Adra.

Bagaimana kisah Fiya selanjutnya? Berhasilkah ia menutup masa jomblonya?

Jomblo Bermartabat adalah buku yang saya beli karena saya tertarik dengan cover-nya. Iya, cover-nya yang unyu dan kocak itu. Cover Jomblo Bermartabat ini mirip dengan undangan pernikahan, tapi pasangan, waktu, dan tempat acara pernikahannya masih belum ditentukan. Selain itu, di back cover pun ada semacam peta untuk bertemu jodoh. Walau saya sebenarnya heran juga karena nama penerbitnya "Bhuana Sastra" tapi kok ya buku ini sepertinya lebih menyerupai buku humor ketimbang sastra, saya akhirnya beli juga deh bukunya. Penasaran sih!

Lalu saya baca.

Dan serius, isinya membuat saya geleng-geleng kepala. Norak bener! Hahahaa.

Nggak, bukannya isinya jelek ya. Justru sebaliknya, saya merasa ceritanya cukup unik. Pertama, buku yang ternyata novel romance ini mengambil tokoh yang bukan mainstream--Fiya ini seorang muslimah berjilbab yang benar-benar sholehah. Nggak heran, untuk dekat dengan laki-laki pun susahnya minta ampun. Mau melihat wajahnya saja malu, mau nelepon duluan atau ngajak ngomong duluan malu... yaaa tipe-tipe yang kayak gitu deh. Agak mengingatkan saya dengan Naina-nya Jodoh untuk Naina karangan Nima Mumtaz. Tapi bedanya, si Fiya ini agak-agak geblek juga. Di luar dia kalem, padahal di dalamnya, pikirannya mengembara ke mana-mana. Sifatnya agak-agak plinplan dan seringnya bikin ribet hidupnya sendiri. Tokoh Ricki pun nggak jauh beda. Cowok ini suka sok manas-manasin Fiya dan sama sekali bukan tipe cowok cool. Interaksi mereka berdua benar-benar bikin gregetan!

Keunikan kedua ada pada latar belakang cerita, di mana diceritakan bahwa tokoh-tokohnya bukanlah orang-orang metropolitan dengan hidup bertabur barang-barang bermerek. Mereka adalah warga perantauan yang tinggal di perumahan sederhana di pinggir ibukota, dengan hidup yang juga sederhana. Hal ini terlihat dari kehebohan Fiya bermotor berempat dengan Ricki dan dua keponakannya yang masih bocah, Aji dan Rian, ketika akan berjalan-jalan ke Depok Town Square--yang saya sangsi juga mereka pakai helm atau tidak; atau wisata mereka sekeluarga ke Setu Bojongsari dan memesan bakso semangkuk berdua--karena Kak Santi, kakak Fiya, sangat pelit. Selain itu, gambaran alam di rumah orangtua Fiya di Aceh pun terasa menyegarkan--bentangan sawah dan kebun sayuran, rumah bambu, oh betapa saya ingin berada di sana!

Sayangnya, yang saya rasa kurang sreg dari novel ini adalah cara penulis membawakan ceritanya. Kebanyakan bercandanya sih, menurut saya, sehingga kadang jadi hilang fokus. Selain itu, ada juga bagian di mana Fiya menjelaskan kalau dia sebal dengan tingkah salah satu prospek jodohnya tapi dari awal sampai akhir ceritanya, tidak dijelaskan perbuatan spesifik apa yang membuatnya sebal dengan si cowok itu. Saya jadi sebal dengan Fiya yang sepertinya hanya membesar-besarkan masalah sepele. Editornya sepertinya kurang mengarahkan penulis dalam memfokuskan cerita nih!

Sebagai penutup, kisah Fiya dalam buku Jomblo Bermartabat ini cocok untuk pilihan bacaan ringan yang bikin ketawa--walau suka garing juga, tapi masih bikin senyum kok. 


1 comment:

What is your thought?