Pengarang: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 339
Tahun Terbit: 2011 // Cet 10: 2014
Keara, Harris, Ruly, dan Denise merupakan empat sahabat dengan kombinasi unik. Keara si biang pesta dan hura-hura serta antihidup susah, Harris yang playboy dan teman mabuk-mabukan Keara, Ruly si alim yang hobi main sepak bola dan mendengarkan lagu-lagu Melayu, serta Denise yang feminin dan ramah. Keempatnya dipertemukan oleh satu tugas di daerah antah berantah oleh kantor mereka, BorderBank.
Kini, keempatnya menyimpan rasa satu sama lain. Keara mencintai Ruly; Harris mencintai Keara; Ruly mencintai Denise; dan Denise mencintai... suaminya yang hobi menyeleweng. Ketika berkumpul, keempatnya tertawa dan saling mengingat kisah masa lalu. Namun saat tidak berkumpul, segalanya menjadi ruwet. Masing-masing menderita menahan rasa demi mempertahankan persahabatan. Tapi sampai kapan semua ini harus dipertahankan?
#######
Ini buku kedua Ika Natassa yang saya baca setelah A Very Yuppy Wedding, atau karya kedua kalau cerpen Critical 11 juga dihitung. Jadi udah nggak kaget juga siiih dengan gaya bahasanya yang gado-gado dan tokoh-tokohnya yang punya kehidupan yang "bisa gue jalanin dalam mimpi aja" *aiyaah!!* Dan memang sudah mengantisipasi hal ini juga sebelum baca buku ini dan buku Ika Natassa lainnya, Twivortiare, yang saya beli barengan buku ini. Jadi, soal tata bahasa dan gaya hidup tokoh-tokohnya nggak usah dibahas lagi yaa...
Dari segi ceritanya sendiri, menurut saya realistik banget kalau menyangkut hubungan pertemanan cewek-cowok. Hehehe.. Pernah mengalami, Na? Pernah sih yang mirip-mirip. Dan sepertinya memang inilah yang akan terjadi dalam pertemanan yang melibatkan dua jenis kelamin, cewek dan cowok, dengan jumlah masing-masing jenis kelamin lebih dari 1 orang. Pasti ada yang saling suka; pasti ada yang bertepuk sebelah tangan; dan pasti ada yang clueless. Dan paling heboh kalau ada yang jadian trus akhirnya putus. Bubar jalan deh itu pertemanan. Lagi-lagi, been there done that. Maka, ketika saya membaca tentang jungkir baliknya Keara menghadapi permasalahannya, saya pun mengerti. Apalagi setelah dia nggak sengaja melalukan hal "tertentu" dengan cowok yang bahkan nggak pernah terlewat di pikirannya kalau si cowok itu bakal naik derajat dari sekedar sahabat. Dan kebayang pula tambahan keribetan Keara karena ingatan fotografik dan otaknya yang cepat banget mencari referensi. Being smart isn't always good apparently..
Tokoh-tokoh lain, Harris dan Ruly, walau nggak seribet dan sedetil Keara, juga berhasil dihidupkan dengan baik oleh Ika Natassa. Dua pria bertolak belakang, Ruly dan Harris, kentara banget perbedaan isi kepala dan cara pandang mereka terhadap hidup. Sayangnya, karakter Denise tidak diberi kesempatan menyuarakan isi hati dan pikirannya. Padahal kalau dia diberi kesempatan bicara, saya rasa ceritanya bisa lebih asyik karena lebih lengkap sudut pandangnya: dari dua cowok dan dari dua cewek.
Secara keseluruhan, cerita ini menarik, karena secara umum, masalah yang dihadapi keempat orang BorderBank ini adalah masalah yang sering dihadapi kebanyakan orang, mudah untuk pembaca merasa terkait dengan kondisi yang dialami tokoh-tokohnya. Ya, paling nggak saya sih begitu.. Gaya bertuturnya juga asyik. Gado-gado, tapi tetap bisa dicerna. Tapi sedikit berharap sih, seandainya Ika Natassa menambahkan sedikit lagi persoalan hidup para tokohnya selain persoalan cinta (misalnya: soal hubungan para tokohnya dengan keluarga masing-masing, soal intrik-intrik kantor, dsb) mungkin keempat tokoh BorderBank ini akan lebih "membumi" dan lebih dekat dengan pembacanya.
Antologi Rasa adalah satu bacaan yang asyik, membuat saya lupa waktu, dan yang pasti.. saya menunggu filmnya. Bakal rame nih sepertinya.
Antologi Rasa adalah satu bacaan yang asyik, membuat saya lupa waktu, dan yang pasti.. saya menunggu filmnya. Bakal rame nih sepertinya.
No comments:
Post a Comment
What is your thought?