Pengarang: Prisca Primasari
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 296
You don't know what you've got 'til it's gone.
Begitulah yang dirasakan Yanuar setelah istrinya, Esther, meninggal karena kecelakaan. Yanuar yang selama ini begitu larut dalam pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan furnitur, Ebony & Ivory, baru menyadari betapa selama ini terdapat jarak yang membentang luas antara dirinya dan kedua anaknya, Hafsha dan Feru. Dulu, ketika Esther masih hidup, Yanuar bisa melimpahkan segala tanggung jawab mengurus anak kepada Esther. Tanggung jawab Yanuar hanyalah bekerja dan memastikan keluarganya tercukupi secara ekonomi. Namun kini, hanya Yanuar orang tua yang tersisa bagi Hafsha dan Feru dan tanggung jawab itu dipindahkan sepenuhnya kepada Yanuar.
Mendekatkan dirinya kepada Hafsha dan Feru terbukti sulit. Yanuar tidak tahu masakan ikan salmon favorit keduanya. Yanuar tidak bisa membacakan dongeng sebelum tidur. Anak-anak lebih menyukai bersama Paman Wira, adik Yanuar yang ceria dan ekspresif, ketimbang ayah mereka yang kaku dan selalu sibuk. Namun Yanuar telah memutuskan untuk tidak lagi kehilangan momen kebersamaannya
dengan kedua anaknya. Sudah cukup dirinya kehilangan Esther, jangan ditambah kedua anaknya.
Di kantor, Yanuar bertemu dengan desainer baru bernama Lieselotte. Perempuan yang percaya diri, genius, namun enggan berbaur dengan sekitar. Terkesan sombong. Desain kamar anak-anak ciptaan Lieselotte sangatlah indah walau mahal. Dan tanpa terduga, perempuan yang dingin di kantor itu malah berhasil mendekatkan diri dengan Hafsha dan Feru tanpa usaha berarti.
Di tengah kebahagiaan Yanuar yang mulai tumbuh kembali seiring perkembangan hubungannya dengan Hafsha dan Feru, kerap timbul pertanyaan di benak Yanuar: Sudah siapkah ia melanjutkan hidupnya sendiri? Mampukah ia menggantikan Esther dengan wanita lain yang perlahan-lahan menghiasi pikirannya, Lieselotte?
********
Setiap orang memiliki definisi tentang apa itu suatu perbuatan baik. Dan setiap orang berhak melakukan hal-hal yang menurutnya baik untuk dirinya dan untuk orang-orang yang dikasihinya. Namun, apakah hal-hal tersebut juga berarti baik bagi orang-orang yang dikasihinya? Itulah inti cerita yang saya tangkap dari kisah Yanuar di buku Priceless Moment--yang ditulis dengan sangat indah dan menyentuh--ini. Kesadaran Yanuar akan ketidakbahagiaan Esther dalam rumah tangga mereka datang terlambat, dan dengan harga yang mahal: kematian Esther. Namun, sama seperti membeli barang, di balik harga yang mahal ada kualitas yang tinggi pula, begitu juga dengan rasa kehilangan yang dialami Yanuar. Lewat penderitaannya, ia mampu belajar untuk mengerti kesalahannya dan juga memperbaikinya. Walau tentu kepergian Esther meninggalkan lubang di hati Yanuar, pelajaran yang datang setelahnya justru mengisi kembali hatinya yang telah lama kosong. Dan ketika cobaan kembali datang, Yanuar tentu akan lebih kuat menentukan sikap yang benar.
Priceless Moment merupakan sebuah karya yang manis, mengharukan, menghangatkan, dan juga komplit. Mengangkat tema utama mengenai hubungan ayah-anak setelah hilangnya sosok ibu, sebenarnya Priceless Moment juga menawarkan tema-tema pendukung yang lebih luas, yaitu hubungan persaudaraan dan juga hubungan dengan rekan kantor. Dan semua tema itu menyatu dengan baik tanpa menghilangkan esensi cerita, yaitu mengenai problema single-father. Walau alurnya lambat dan ceritanya cenderung berkutat seputar kehidupan sehari-hari, tidak ada yang membosankan dari buku ini. Tokoh-tokohnya sangat lovable, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan setiap interaksi menciptakan kisah yang menarik dan pembelajaran kepada pembacanya. Pas sekali dengan judulnya, Priceless Moment, walau saya pribadi lebih suka kalau Moment-nya diganti menjadi Moments karena banyaknya peristiwa berharga di buku ini.
Sebagai penutup, Priceless Moment merupakan a must read. Tidak perlu menjadi seorang ayah dulu untuk bisa nyambung baca buku ini. Buku ini akan membuat pembaca lebih menghargai setiap anggota keluarganya dan juga orang-orang lain di sekitarnya.
No comments:
Post a Comment
What is your thought?