Pengarang: Christina Tirta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 328
Josephine--atau biasa dipanggil Josie--adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sekilas tampak menjalani hidup normal. Tak ada yang tahu bahwa Josie memiliki rahasia masa lalu yang pahit. Ketika temannya, Kayla, memperkenalkan Josie pada kakak-beradik Mario dan Nicole, awalnya Josie hanya menanggapinya dengan biasa-biasa saja. Kayla suka pada Mario dan bisa ditebak, Josie pun akhirnya turut masuk ke dalam pergaulan Mario dan Nicole dengan cepat.
Segalanya mulai terasa aneh ketika Mario mulai menunjukkan rasa sukanya kepada Josie. Di tengah rasa tidak enak hatinya kepada Kayla yang belum mengetahui hal ini dan kenyataan bahwa dirinya pun sebenarnya tertarik dengan Mario, Josie juga mulai merasakan keanehan pada sikap Nicole. Nicole kerap menjerumuskannya pada permainan aneh dan berbahaya. Nicole juga kerap menyindir masa lalu Josie. Dan keadaan menjadi semakin menakutkan ketika Josie mendapat peringatan dari seseorang yang dekat dengan Mario dan Nicole bahwa diam-diam, Nicole jatuh cinta pada kakak lelakinya itu.
Apakah benar Nicole segila itu? Mengapa Nicole seperti mengetahui rahasia-rahasia Josie?
Sayang, buat saya, gaya bertutur yang penulis pilih kurang sesuai dengan tema thriller-nya; terlalu nyablak dan kurang "dingin". Jadi kurang aja rasa mencekamnya. Dan satu lagi, kata-kata bahasa Inggris yang kurang perlu yang suka nyempil di mana-mananya itu lhoo.. Mungkin itu ya sebabnya kenapa novel ini jadi dikategorikan sebagai Metropop?
Selain itu, karakter Josie kurang hidup. Saya kurang bisa mengerti sebenarnya perasaan dia terhadap si A tuh bagaimana, dan terhadap si B bagaimana. Lalu mengenai Nicole... Sebenarnya menurut saya, apa yang dilakukan Nicole memang cukup nekat, namun bukan berarti tidak bisa dihindari atau ditentang oleh Josie, terutama mengingat Josie bukanlah perempuan lemah yang hanya bisa pasrah disiksa. Rasanya kok seperti si Josie dengan sukarela masuk ke kandang singa? Dan rasa takut Josie ke Nicole sepertinya timbul-tenggelam, kadang ia ketakutan, tapi berikutnya ia biasa-biasa saja. Untungnya, interaksi para tokoh lainnya di novel ini cukup hangat dan menghidupkan cerita. Tokoh Charlie, terutama, yang selalu menjadi obyek penderita di antara teman-temannya.
Walau memiliki beberapa kekurangan (menurut saya pribadi), buku ini cukup menghibur dan sama sekali tidak membosankan untuk dibaca. Perkenalan yang cukup baik antara saya dengan buku karya Christina Tirta.
s
ReplyDeletepagi kak, mau tanya, novel ini bisa di analisis pake pendekatan psikologi sastra gak?
ReplyDeletebagus novelnya.
ReplyDeleteMayora Group