Sunday, June 12, 2016

Thanks for the Memories


Pengarang: Cecelia Ahern
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2012
Halaman: 496


Mungkinkah transfusi darah membuatmu mendapatkan kenangan orang lain?

Sejak mengalami keguguran dan pendarahan hebat sehingga harus menerima transfusi darah, Joyce sering mengalami kejadian aneh. Ia seperti memiliki kenangan orang lain: anak perempuan berambut pirang, pria berkaki hijau, dan juga pengetahuan mengenai arsitektur Eropa kuno. Ia bahkan menguasai bahasa Latin!! Lalu, ada pula seorang pria yang tampak familier bagi Joyce, seorang pria Amerika yang tinggal di London, yang selalu membuatnya penasaran. Apakah dia pemilik ingatan yang akhir-akhir ini selalu menghantui Joyce?

Justin Hitchcock mengalami donor darah pertamanya karena rayuan seorang wanita yang ia sedang coba dekati. Sudah cukup lama menduda, Justin berharap bisa segera mendapatkan pengganti Jennifer, mantan istrinya. Dengan sarkasmenya, Justin berharap suatu hari akan ada orang yang berterima kasih atas sumbangan darahnya. Berikutnya, keanehan mulai terjadi. Dia berulang kali bertemu wanita misterius berambut pendek yang tampak familier. Lalu paket-paket ucapan terima kasih rahasia mulai bermunculan. Siapa sebenarnya wanita itu?

Apakah takdir memang menghendaki agar Joyce dan Justin bersatu?

Thanks for the Memories ini sebenarnya adalah tipe cerita yang saya nggak suka dan suka. Jalan ceritanya sebenarnya terlalu konyol, menurut saya. Masa iya transfusi darah dapat menyebabkan transfer kenangan dari si donor ke penerima? Kalau gitu, bayangkan saja sudah berapa banyak orang di dunia ini yang berbagi kenangan dengan orang asing??!! Lalu, entah kenapa, saya merasa heran dengan Joyce. Oke, mungkin mendapatkan kenangan orang lain memang membuat penasaran, tapi apa harus sampai terobsesi begitu? Sebenarnya saya berpikir si Joyce ini freak. Lalu soal Justin sendiri, sebenarnya kepribadiannya nggak bisa dibilang jempolan sih. Cara pandangnya terhadap segala hal sempit. Dia terlalu membanggakan pengetahuannya, tapi kemampuan bersosialisasinya rendah banget. Jadi, sepanjang cerita, saya malah merasa yang dikejar Joyce terhadap sosok Justin itu bukan Justin yang sebenarnya, hanya Justin yang kenangannya muncul cuma sekelebat di kepala Joyce ditambah imajinasi Joyce sendiri tentang Justin.

Nggak tahu sih ya, mungkin ini karena pada dasarnya saya tipe orang yang realistis. Mungkin kalau kamu suka sedikit berimajinasi, kamu justru malah akan mendapati kisah Joyce dan Justin ini romantis, bukannya nyebelin seperti yang saya rasakan. 

Nah... sekarang, yang saya suka. Ini adalah sisi yang terasa realistis dari cerita: hubungan Joyce dengan ayahnya. Jadi, di awal cerita, Joyce ini sedang dalam kondisi yang terpuruk. Hubungan pernikahannya dengan suaminya, Connor, sudah sangat hambar. Sebenarnya, anak adalah harapan untuk pernikahan mereka bertahan. Namun, Joyce malah keguguran dan mereka pun akhirnya bercerai. Baru menjanda, tidak punya pekerjaan, dan baru kehilangan anak yang hampir dilahirkan, Joyce kembali ke rumah ayahnya yang sudah pikun. Awalnya, Joyce menjaga jarak dengan sang ayah, tapi lama kelamaan, hubungan mereka menghangat dan di sinilah saya mulai menyukai ceritanya. Ayah Joyce adalah tipe pria yang optimis, menyenangkan, sedikit tukang bohong demi terlihat keren, tapi juga kuper. Dia nggak pernah keluar dari pulau Irlandia dan panik luar biasa ketika harus terbang ke London. Tapi, terlihat sekali kalau dia sangat menyayangi Joyce. Keberadaan sang ayah, di samping obsesi Joyce untuk menemukan Justin, merupakan penyembuh bagi luka batin Joyce dan proses itu diceritakan dengan cukup baik dan menyentuh di buku ini.

Sementara itu, dari sisi Justin, walau saya tadi bilang Justin itu pribadi yang menyebalkan, ia juga memiliki masalah dengan keluarganya dan masa lalunya. Gengsi menghadapi mantan istri yang kini sudah menikah lagi, perdebatan-perdebatan dengan anak perempuan beranjak dewasanya, Bea, dan juga adik beserta adik iparnya yang memiliki kepribadian yang kerap mengganggu Justin. Semua terasa begitu normal dan hidup. Yah, memang begitulah hidup dan berhubungan dengan keluarga, kan? Ada ketidakcocokan, ada kompromi, ada kekeraskepalaan, tapi jauh di dalam hati saling menyayangi.

Oh iya, cerita ini memang dituturkan melalui dua POV, yaitu Joyce dan Justin, jadi pembaca bisa mengetahui detail kehidupan masing-masing tokoh utamanya. Dan buat saya, Cecelia Ahern sangat baik dalam menyuarakan dan menghidupkan Joyce dan Justin. Selain itu, setiap karakter pendukungnya pun memiliki ciri khas sendiri. Bea merupakan favorit saya, karena dia begitu sabar menghadapi ayahnya yang suka berlebihan dan dia juga tahu apa yang dia mau.

Overall, buku ini cocok banget buat kamu yang suka nonton film-film romantic comedy Hollywood. Ceritanya, walau ada sedihnya, banyakan konyolnya sih. Dan kalau kamu penyuka tema serendipity dengan sedikit sentuhan imajinasi, tentu kamu bakal menikmati banget alur ceritanya.


2 comments:

  1. Weh... genrenya mistis nih buku ya... atau ala2 tebak2an gtu dan i love it this genre books 😁😁
    Pecinta Conan nih... hahahhahah 😂

    ReplyDelete
  2. Weh... genrenya mistis nih buku ya... atau ala2 tebak2an gtu dan i love it this genre books 😁😁
    Pecinta Conan nih... hahahhahah 😂

    ReplyDelete

What is your thought?