Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2013
Halaman: 327
Gilang pergi ke London, Inggris, untuk mengungkapkan perasaannya kepada
Ning, sahabat sejak kecil yang diam-diam dicintainya. Ning saat ini
bekerja sebagai kurator seni di Tate Modern. Sayang, sesampainya di
London, apartemen Ning malah kosong. Menurut tetangga Ning, gadis itu
sedang pergi ke luar kota. Gilang awalnya bingung, karena ia hanya punya
waktu satu minggu untuk bertemu Ning. Haruskah uang dan waktunya
sia-sia? Namun kemudian, ia memutuskan untuk menikmati London.
Perjalanan Gilang membuatnya bertemu dengan sejumlah orang, antara lain
pemilik penginapan Madge tempatnya menginap, Madame Ellis; pemilik toko
buku seberang penginapan yang canggung, Mister Lowesley; penumpang
pesawat yang mengingatkan Gilang akan tokoh V dalam V for Vendetta;
wanita jutek dan penggila buku, Ayu; dan... Goldilocks.
Goldilocks adalah seorang perempuan misterius berambut pirang yang
membawa payung merah dan hanya muncul ketika hujan turun. Gilang pertama
kali bertemu Goldilocks ketika akan menaiki London Eye, kincir angin
raksasa yang menjadi icon baru kota London. Setelah itu, Gilang
berkali-kali bertemu Goldilocks lagi dalam cara yang misterius. Menurut
kepercayaan setempat, gadis yang muncul ketika hujan dan menghilang
setelah hujan berhenti adalah malaikat. Apakah Goldilocks adalah
malaikat yang datang untuk Gilang?
Ketika pada akhirnya Gilang berhasil bertemu Ning, Gilang malah
mendapati dirinya ragu untuk mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya
itu. Bagaimana jika Ning menolaknya? Akan jadi apa persahabatan mereka
setelah ini?
*******
Ini adalah novel kedua Windry Ramadhina yang saya baca setelah Montase. Setelah agak tidak puas dengan Montase, saya bisa bilang kalau saya SANGAT puas dengan novel London ini. Bukan hanya gaya berceritanya yang lebih mengalir dan dewasa, konfliknya diramu dengan sangat baik dan menyatu. Dan risetnya--menurut saya--dilakukan dengan serius dan memperkaya cerita tanpa membuat cerita jadi berat dengan terlalu banyak informasi yang tidak relevan dengan cerita.
Kalau membaca sinopsis di atas, mungkin akan terkesan bahwa novel ini
hanya bercerita mengenai kisah cinta Gilang kepada sahabatnya sejak
kecil, Ning. Memang hal ini merupakan konflik utama novel ini. Namun
sebenarnya cerita tidak hanya berkutat di sana. Apa yang terjadi
terhadap Gilang dan orang-orang di sekitarnya selama Gilang berjuang
memenuhi misinya di London justru yang paling menarik dan banyak
memberikan pelajaran di novel ini. Dan merupakan bagian yang saya sangat
nikmati membacanya. Memang pada akhirnya, pertanyaan utama yang dijawab
dalam novel ini adalah apakah Gilang akan berhasil mendapatkan Ning,
namun proses ke sananya justru yang seru dan mempengaruhi pandangan
Gilang kepada Ning dan hubungan mereka. Dan itu menurut saya ditulis
Windry dengan cara yang bagus banget.
Lalu mengenai riset. Hal yang saya suka adalah bahwa Windry tidak
memperkenalkan London ke pembaca seperti seorang turis membicarakan
objek-objek wisata di tempat yang didatanginya. Windry memperkenalkan
London dengan porsi sebagaimana seorang Gilang akan melihat London dalam
waktu satu minggu di tengah misinya. Gilang yang seorang penulis dan bookaholic, datang
ke London dengan maksud bertemu Ning yang penggila seni, bukan
berwisata. Maka, tempat-tempat yang ia datangi pun terbatas seperlunya
dan sesempatnya. Tidak ada wisata ke Buckingham Palace, Tower of London
dan sebagainya karena Gilang memang tidak berniat untuk wisata. Dan
kepergian Gilang ke London Eye dan Shakespeare Globe's Theatre adalah
dalam rangka misinya itu. Sebaliknya, Windry justru lebih banyak berbagi
mengenai sejarah sastra dan seni di Inggris serta spot-spot terkait
kedua hal tersebut, sesuai dengan minat Gilang dan Ning. Buat saya, hal
ini justru tepat karena justru memperkuat background Gilang dan Ning
serta menghidupkan keduanya.
Mengenai karakter, sebenarnya saya tidak terlalu menyetujui bahwa Gilang
menyebut beberapa karakter dengan nama samaran. Dum dan Dee, si kembar
yang menyerupai Tweedledum dan Tweedledee dalam cerita Alice in
Wonderland. Hyde, teman Gilang yang katanya berkepribadian ganda
menyerupai Dr. Jeckyll dan Mr. Hyde, dan sebagainya. Buat saya aneh saja
bahwa Gilang tidak ingin berbagi nama-nama teman dekatnya. Kalau untuk
Goldilocks saya tidak keberatan, karena Gilang memang tidak tahu nama
asli wanita itu sehingga mengasosiasikannya dengan tokoh fiksi yang
berciri khas mirip. Namun untuk orang lain yang ia kenal, sebaiknya
tidak begitu. Kesannya jadi tidak menghargai. Tapi mengesampingkan
masalah ini, saya sebenarnya sangat menikmati cara Windry menghidupkan
tiap karakternya. Semua tokoh memiliki sifat masing-masing baik
kekurangan maupun kelebihannya. Dan semuanya tampil dalam porsi pas
untuk memperkuat jalan cerita. Ada beberapa tokoh yang terasa
menyebalkan, namun saya bisa mengerti dan merasakan mereka nyata di
kehidupan sehari-hari.
Kekurangan mungkin hanya di penyebutan mister. Setahu saya, penyebutan
mister hanya dilakukan kalau diikuti nama belakang orang tersebut,
misalnya Mister Lowesley, Mister Bean, dan sebagainya. Apabila tidak
diikuti nama, maka sebutannya menjadi sir, misalnya, "yes, sir" bukannya
"yes, mister."
Akhir kata, buat saya Windry Ramadhina berhasil menghadirkan suasana
London yang antik dan magis lewat buku ini. Saya sangat menikmati tiap
saat saya membacanya. Ditunggu karya-karya Windry yang secantik ini
selanjutnya.
Dipos juga di Reading in the Morning
Baru ngeh sama Angel, ternyata akronim nama tokoh-tokohnya, Ayu, Ning, Gilang, Ellis, sama Lowesley :D
ReplyDeleteUdah baca orangenya windry kak? Pertama kali kenal karya windry yang aku baca ya orange itu, novel debut sih. Tapi aku cukup nyaman dengan gayanya windry kalo yang ini belom baca :D
ReplyDeleteKayaknya seru ya ceritanya :D
Aku uda baca juga buku ini, suka banget.... dan juga berasa romantis karena hujannya yg mendung2 gimana gitu....
ReplyDeleteOke kakak, sepertinya reviewnya bikin aku pingin baca novel merah yang sedang nunggu aku di rak buku :D
ReplyDeleteBuku ini udah masuk cetakan ke empat sepertinya. Kemarin liat di twitter. Jadi makin penasaran apalagi tokohnya banyak ya, ada 5. tentu ga gampang memadukan kelimanya dalam satu buku sekaligus tanpa keliatan maksain jalan ceritanya.
ReplyDeleteAaaa aku udah lama nih ngincer buku ini kak! Tp blm ksampean buat beli :( *curcol
ReplyDeleteReview kk makin bikin aku pnasaran sama ini buku! *hrus nabung ektra nih buat beli* wkwkw
udah kepengen banget baca novel ini, cuma blm baca2 sampe sekarang. Eh malah baca review ini lagi, makin ngebet pengen baca lagi kan :(((
ReplyDeleteSaya bukan pembaca romance, tp dr dulu penasaran banget penge baca salah satu dari seri STPC
ReplyDelete