Sunday, March 9, 2014

London: Angel


Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2013
Halaman: 327
Gilang pergi ke London, Inggris, untuk mengungkapkan perasaannya kepada Ning, sahabat sejak kecil yang diam-diam dicintainya. Ning saat ini bekerja sebagai kurator seni di Tate Modern. Sayang, sesampainya di London, apartemen Ning malah kosong. Menurut tetangga Ning, gadis itu sedang pergi ke luar kota. Gilang awalnya bingung, karena ia hanya punya waktu satu minggu untuk bertemu Ning. Haruskah uang dan waktunya sia-sia? Namun kemudian, ia memutuskan untuk menikmati London.
Perjalanan Gilang membuatnya bertemu dengan sejumlah orang, antara lain pemilik penginapan Madge tempatnya menginap, Madame Ellis; pemilik toko buku seberang penginapan yang canggung, Mister Lowesley; penumpang pesawat yang mengingatkan Gilang akan tokoh V dalam V for Vendetta; wanita jutek dan penggila buku, Ayu; dan... Goldilocks.
Goldilocks adalah seorang perempuan misterius berambut pirang yang membawa payung merah dan hanya muncul ketika hujan turun. Gilang pertama kali bertemu Goldilocks ketika akan menaiki London Eye, kincir angin raksasa yang menjadi icon baru kota London. Setelah itu, Gilang berkali-kali bertemu Goldilocks lagi dalam cara yang misterius. Menurut kepercayaan setempat, gadis yang muncul ketika hujan dan menghilang setelah hujan berhenti adalah malaikat. Apakah Goldilocks adalah malaikat yang datang untuk Gilang?
Ketika pada akhirnya Gilang berhasil bertemu Ning, Gilang malah mendapati dirinya ragu untuk mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya itu. Bagaimana jika Ning menolaknya? Akan jadi apa persahabatan mereka setelah ini?


 *******

Ini adalah novel kedua Windry Ramadhina yang saya baca setelah Montase. Setelah agak tidak puas dengan Montase, saya bisa bilang kalau saya SANGAT puas dengan novel London ini. Bukan hanya gaya berceritanya yang lebih mengalir dan dewasa, konfliknya diramu dengan sangat baik dan menyatu. Dan risetnya--menurut saya--dilakukan dengan serius dan memperkaya cerita tanpa membuat cerita jadi berat dengan terlalu banyak informasi yang tidak relevan dengan cerita.
Kalau membaca sinopsis di atas, mungkin akan terkesan bahwa novel ini hanya bercerita mengenai kisah cinta Gilang kepada sahabatnya sejak kecil, Ning. Memang hal ini merupakan konflik utama novel ini. Namun sebenarnya cerita tidak hanya berkutat di sana. Apa yang terjadi terhadap Gilang dan orang-orang di sekitarnya selama Gilang berjuang memenuhi misinya di London justru yang paling menarik dan banyak memberikan pelajaran di novel ini. Dan merupakan bagian yang saya sangat nikmati membacanya. Memang pada akhirnya, pertanyaan utama yang dijawab dalam novel ini adalah apakah Gilang akan berhasil mendapatkan Ning, namun proses ke sananya justru yang seru dan mempengaruhi pandangan Gilang kepada Ning dan hubungan mereka. Dan itu menurut saya ditulis Windry dengan cara yang bagus banget.
Lalu mengenai riset. Hal yang saya suka adalah bahwa Windry tidak  memperkenalkan London ke pembaca seperti seorang turis membicarakan objek-objek wisata di tempat yang didatanginya. Windry memperkenalkan London dengan porsi sebagaimana seorang Gilang akan melihat London dalam waktu satu minggu di tengah misinya. Gilang yang seorang penulis dan bookaholic, datang ke London dengan maksud bertemu Ning yang penggila seni, bukan berwisata. Maka, tempat-tempat yang ia datangi pun terbatas seperlunya dan sesempatnya. Tidak ada wisata ke Buckingham Palace, Tower of London dan sebagainya karena Gilang memang tidak berniat untuk wisata. Dan kepergian Gilang ke London Eye dan Shakespeare Globe's Theatre adalah dalam rangka misinya itu. Sebaliknya, Windry justru lebih banyak berbagi mengenai sejarah sastra dan seni di Inggris serta spot-spot terkait kedua hal tersebut, sesuai dengan minat Gilang dan Ning. Buat saya, hal ini justru tepat karena justru memperkuat background Gilang dan Ning serta menghidupkan keduanya.
Mengenai karakter, sebenarnya saya tidak terlalu menyetujui bahwa Gilang menyebut beberapa karakter dengan nama samaran. Dum dan Dee, si kembar yang menyerupai Tweedledum dan Tweedledee dalam cerita Alice in Wonderland. Hyde, teman Gilang yang katanya berkepribadian ganda menyerupai Dr. Jeckyll dan Mr. Hyde, dan sebagainya. Buat saya aneh saja bahwa Gilang tidak ingin berbagi nama-nama teman dekatnya. Kalau untuk Goldilocks saya tidak keberatan, karena Gilang memang tidak tahu nama asli wanita itu sehingga mengasosiasikannya dengan tokoh fiksi yang berciri khas mirip. Namun untuk orang lain yang ia kenal, sebaiknya tidak begitu. Kesannya jadi tidak menghargai. Tapi mengesampingkan masalah ini, saya sebenarnya sangat menikmati cara Windry menghidupkan tiap karakternya. Semua tokoh memiliki sifat masing-masing baik kekurangan maupun kelebihannya. Dan semuanya tampil dalam porsi pas untuk memperkuat jalan cerita. Ada beberapa tokoh yang terasa menyebalkan, namun saya bisa mengerti dan merasakan mereka nyata di kehidupan sehari-hari.
Kekurangan mungkin hanya di penyebutan mister. Setahu saya, penyebutan mister hanya dilakukan kalau diikuti nama belakang orang tersebut, misalnya Mister Lowesley, Mister Bean, dan sebagainya. Apabila tidak diikuti nama, maka sebutannya menjadi sir, misalnya, "yes, sir" bukannya "yes, mister."
Akhir kata, buat saya Windry Ramadhina berhasil menghadirkan suasana London yang antik dan magis lewat buku ini. Saya sangat menikmati tiap saat saya membacanya. Ditunggu karya-karya Windry yang secantik ini selanjutnya.
Dipos juga di Reading in the Morning

8 comments:

  1. Baru ngeh sama Angel, ternyata akronim nama tokoh-tokohnya, Ayu, Ning, Gilang, Ellis, sama Lowesley :D

    ReplyDelete
  2. Udah baca orangenya windry kak? Pertama kali kenal karya windry yang aku baca ya orange itu, novel debut sih. Tapi aku cukup nyaman dengan gayanya windry kalo yang ini belom baca :D
    Kayaknya seru ya ceritanya :D

    ReplyDelete
  3. Aku uda baca juga buku ini, suka banget.... dan juga berasa romantis karena hujannya yg mendung2 gimana gitu....

    ReplyDelete
  4. Oke kakak, sepertinya reviewnya bikin aku pingin baca novel merah yang sedang nunggu aku di rak buku :D

    ReplyDelete
  5. Buku ini udah masuk cetakan ke empat sepertinya. Kemarin liat di twitter. Jadi makin penasaran apalagi tokohnya banyak ya, ada 5. tentu ga gampang memadukan kelimanya dalam satu buku sekaligus tanpa keliatan maksain jalan ceritanya.

    ReplyDelete
  6. Aaaa aku udah lama nih ngincer buku ini kak! Tp blm ksampean buat beli :( *curcol
    Review kk makin bikin aku pnasaran sama ini buku! *hrus nabung ektra nih buat beli* wkwkw

    ReplyDelete
  7. udah kepengen banget baca novel ini, cuma blm baca2 sampe sekarang. Eh malah baca review ini lagi, makin ngebet pengen baca lagi kan :(((

    ReplyDelete
  8. Saya bukan pembaca romance, tp dr dulu penasaran banget penge baca salah satu dari seri STPC

    ReplyDelete

What is your thought?