Saturday, July 11, 2015

Almost is Never Enough

Pengarang: Sefryana Khairil
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2015
Halaman: 336


Al dan Ella bertemu karena Maura. Al adalah suami Maura, sedangkan Ella adalah sahabat Maura. Ella yang pendiam dan tertutup sangat berbanding terbalik dengan Maura yang lincah, ceria, dan juga modis. Suatu hari, Maura, yang sulit mengandung, meminta bantuan Ella untuk mengandung anaknya dan Al alias menjadi surrogate mother. Ella, yang seorang janda dengan satu orang anak, ingin menyenangkan sahabatnya sekaligus membutuhkan uang. Ia pun menyetujui permintaan Maura. Siapa sangka, ketika Ella sudah mengandung anak Al dan Maura, Maura meninggal karena kecelakaan.

Al kemudian mengajak Ella beserta anak Ella, Zoey, pindah ke Seattle. Di sana, hidup Ella dan Zoey akan ditanggung oleh Al sampai bayi tersebut lahir. Awalnya, kepindahan mereka membawa kecanggungan. Tapi siapa sangka, semakin hari, Al semakin merasa hidupnya lengkap dengan kehadiran Ella dan Zoey. Al mulai menikmati memandang Ella dan merasakan keberadaan perempuan itu di sekitarnya. Di lain pihak, Ella pun mulai merasa nyaman berada di sisi Al. Namun, bayang-bayang Maura masih berada di sekitar mereka. Tepatkah Al dan Ella bersama?

*****

Oke, sebelum mulai membagikan pendapat saya mengenai buku ini, saya mau bilang aja sih kalau pendapat saya ini subjektif banget, dan mungkin sangat terpengaruh oleh mood saya waktu baca. Karena, sejujurnya, saya kecewa dengan kisahnya :)

Menurut saya, tema dari kisah Al dan Ella dalam novel AiNE ini cukup manis dan hangat, tentang bagaimana dua orang yang sangat berbeda dan tidak pernah menyangka akan bisa bersama ternyata, karena kondisi, bisa menjadi dekat dan--secara ajaib--cocok. Walau bukan tema baru, tema ini tidak pernah kuno dan membosankan karena pada kenyataannya, bukankah seringkali yang kita kira cocok ternyata bukan yang kita butuhkan?

Selain itu, sama seperti ketika saya membaca Tokyo: Falling, karya Sefryana Khairil sebelumnya, saya juga menyukai gaya bercerita Sefryana yang simpel dan tidak menggunakan kata-kata njelimet yang harus buka KBBI dulu buat mengerti maksudnya. Juga, Sefryana sangat ahli dalam menjelaskan detail tempat dan suasana, sehingga makin terasa setting Seattle-nya. 

Jadi masalahnya apa? Masalahnya ada di ekspektasi saya yang melenceng atau terlalu tinggi untuk buku ini. Ketika mengetahui kalau buku ini mengangkat tema surrogate mother dan juga romance dengan suami sahabat sendiri, saya mengharapkan suatu cerita dengan alur yang lebih seru, dengan konflik lebih ramai, dan mungkin beberapa pengetahuan mengenai proses menjadi surrogate mother. Namun ternyata, konfliknya sangat simpel, malah bisa dibilang terlalu diada-adakan oleh kedua tokoh utamanya sendiri (baca: gengsian doang sih!). Sempat ada beberapa potensi konflik, misalnya dengan kehadiran Ben dan juga Daria, ibu tiri Al, sehingga saya berpikir, "wah habis ini bakal makin seru nih!" tapi ternyata tidak terjadi dan ceritanya kembali datar. 

Selain itu, karakter kedua tokoh utama, Al dan Ella, kurang tergali. Al sempat dikatakan memiliki sifat berantakan, emosional dan ceroboh. Namun, sepanjang cerita, saya justru melihat dia sebagai seorang workaholic dan introvert--kurang bisa mengekspresikan perasaannya. Ella sendiri juga tidak begitu terasa cara berpikirnya; tidak terlihat seperti orang yang memiliki masa lalu cukup rumit dan suram. Dan terutama, saya tidak berhasil mendapatkan apa signifikansinya membuat kedua tokoh memiliki darah campuran Indonesia. Apakah akan menimbulkan perbedaan pada jalan cerita seandainya keduanya berdarah asli Amerika atau keturunan dari negara lain? Saya rasa tidak.

Kombinasi alur yang datar dengan karakter kedua tokoh utama yang kurang jelas, membuat saya cukup berjuang untuk menamatkan novel ini. Jika ini novel karya pengarang lain, mungkin saya akan setop membaca di tengah-tengah. Namun, cara bercerita Sefryana yang enak diikuti, mengalir, dan simpel dengan isi setiap bab tidak terlalu panjang, membuat saya dapat membaca sampai halaman terakhir--walau tetap saja saya kurang puas dengan ending-nya.

Yah, mungkin memang hanya karena saya berharap ceritanya lebih ramai, atau karena kebetulan keadaan di kantor sedang sangat sibuk dan mood saya yang kurang baik, sehingga saya kurang bisa menikmati ceritanya. Buat teman-teman yang memang sudah tertarik dengan kisahnya, dan terutama para penggemar tulisan Sefryana Khairil yang mungkin sudah hapal gaya berceritanya, tetap coba baca saja buku ini. Mungkin kalian akan menikmati kisahnya.

2 comments:

What is your thought?