Saturday, August 22, 2015

Tips: How to be A Blog Tour Host


Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu, saya menemukan twit yang berisi pertanyaan ke teman saya sesama blogger buku. Pertanyaannya gini: "Gimana sih cara jadi host blog tour?" Lalu saya kepikiran aja membuat tips ini, berhubung saya juga sudah beberapa kali menjadi host blog tour.

Oh iya, sebelumnya, saya jelaskan dulu apa itu blog tour dan apa itu host blog tour yaa..
Blog tour secara simpel adalah suatu media promosi buku yang digunakan penerbit atau pengarang dengan memanfaatkan blogger-blogger yang suka baca buku. Jadi, blogger yang diajak kerja sama akan diberikan buku untuk dibaca dan mereka membuat resensi di blog mereka secara berjadwal. Biasanya ada 5 atau lebih blogger yang akan berpartisipasi dengan urutan pos resensi. Supaya lebih asyik, ditambah giveaway berupa buku yang dipromosikan tersebut dan tambahan lain bila ada, di mana yang mau ikutan harus memenuhi syarat yang ditentukan blogger terkait.

Host blog tour adalah blogger yang menjalin kerja sama pelaksanaan blog tour dengan penerbit atau pengarang.

Pada umumnya, permintaan menjadi host blog tour itu datang bukan dari blogger, melainkan dari penulis atau penerbit. Ada penulis/ penerbit yang membuka open recruitment di media sosialnya, ada pula yang menghubungi secara personal ke blogger-blogger tertentu untuk menanyakan ketertarikan blogger tersebut menjadi host blog tour untuk buku terbaru mereka. Tapi, sebenarnya, baik kamu mendaftar maupun kamu diajak, beberapa hal ini perlu kamu perhatikan dan siapkan:

1. Punya blog yang diisi secara rutin

Punya blog di sini nggak melulu berarti blog buku. Tentu akan lebih sesuai kalau blog kamu berisi resensi buku sepenuhnya, tapi beberapa kali saya melihat penerbit juga memilih blog yang nggak melulu berisi resensi buku. Yang pasti, blog itu diisi secara rutin, nggak cuma beberapa bulan sekali. Dan terutama, isinya juga harus yang bermutu. Misalnya nih, jangan sampai isi blog kamu cuma curhatan sebaris nggak jelas. Dan tentu aja, harus ada beberapa postingan resensi buku.
Akan lebih baik juga kalau dibuat label tersendiri untuk postingan berisi resensi buku. Jadi, ketika kamu mendaftar jadi host blog tour atau ada penerbit main ke blog kamu, mereka bisa langsung mengecek buku-buku apa saja yang pernah kamu resensi dengan mengeklik label tadi.

2. Manfaatkan social media

Terutama twitter. Jika kamu suka ngetweet untuk hal-hal personal, mending bikin akun twitter satu lagi khusus untuk hal-hal yang umum dan mendukung promosi blog kamu. Kenapa? Karena akun twitter yang kamu gunakan untuk promosi blog kamu harus terbuka untuk umum alias nggak dikunci. Follow penerbit-penerbit buku yang bukunya sering kamu baca dan juga pengarang-pengarangnya. Nggak tahu akun twitter mereka? Gampang! Bisa kamu google, atau bahkan bisa lihat di samul belakang buku yang kamu baca. 
Setiap kamu selesai baca buku dan mengepos resensinya di blog, mention akun penerbit dan pengarangnya beserta tautan ke resensi kamu. Kasih tahu kalau kamu sudah membuat resensi. Baik kamu menyukai buku yang kamu baca atau kurang menyukainya (alias resensi kamu lebih bersifat memberi kritik), mention aja penerbit dan pengarangnya. Supaya mereka ngeh dengan blogmu dan mengenal karakteristik tulisanmu. Selain itu, penerbit dan pengarang juga membaca kritik dari resensi, jadi tulisan kamu juga menjadi feedback untuk perbaikan mereka.
Membuat akun goodreads juga boleh banget! Di sana, kamu bisa menandai buku yang sedang kamu baca, memberi rating, dan juga memberi review. Di review yang kamu tulis, tinggalkan juga tautan ke blogmu untuk resensi lengkapnya.
Jangan lupa kasih alamat blogmu di profil sosial media-mu.


Saturday, August 15, 2015

Guilty Pleasure

Pengarang: Christian Simamora
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2014
Halaman: 409


PERHATIAN: BACAAN DEWASA!

Devika Kirnandita dan Julien Ang bertemu dalam adegan paling klise di sepanjang sejarah fiksi (kata pengarangnya sendiri yaa...): tabrakan mobil. Buntut dari tabrakan itu, Devika harus menemani Julien di bengkel dan mereka pun mengobrol.

Tidak sulit bagi Julien untuk tertarik dengan Devika. Bintang film yang terkenal dengan peran-peran antagonisnya itu sangat cantik dan juga memiliki sifat-sifat menyenangkan yang berbanding terbalik dengan perannya di TV. Devika juga tidak menyangka kalau Julien yang berpenampilan hot tapi jelas-jelas berusia jauh di atasnya bisa menjadi teman menghabiskan waktu yang menyenangkan. Sayang, pertemuan mereka tidak dilanjutkan sampai empat bulan kemudian, mereka bertemu di sebuah pesta milik desainer terkenal, Pamela Ang.

Pertemuan mereka diwarnai dengan drama karena Devika bertemu kembali dengan mantannya, Hezekiel Rupawan, yang kini sudah membawa gandengan baru. Julien yang menghibur Devika. Kemudian, mereka pun menjadi dekat. Sayang, ternyata bukan Devika saja yang memiliki masalah dengan mantannya. Julien pun memiliki masalah yang sama, bahkan lebih pelik sampai-sampai berpotensi besar menghalangi kebahagiaan Devika dan Julien.

Bisakah kamu memercayakan masa depan di tangan orang yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya?

Saturday, August 8, 2015

After Rain


Pengarang: Anggun Prameswari
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2013
Halaman: 323



Serenade Senja, alias Seren, mempertanyakan posisinya sebagai kekasih Bara. Total 10 tahun lamanya ia telah menjalin hubungan dengan Bara, dengan 3 tahun terakhir dihabiskan dengan menjadi pacar rahasianya. Bara adalah cinta sejati Seren, sejak pertama kali Seren melihatnya dari balkon rumahnya. Siapa sangka, perasaannya segera bersambut. Sayang, tujuh tahun kemudian Bara terpaksa menikah dengan Anggi karena dijodohkan oleh orangtuanya. Bara tidak bisa menolak. Namun, Bara dan Seren tidak rela untuk berpisah; mereka saling mencintai. Maka, jadilah tiga tahun lamanya mereka kucing-kucingan di balik Anggi.

Sampai pada puncaknya di hari jadi Bara dan Seren ke-10, Seren menumpahkan frustrasinya: ia meminta Bara memilih antara dirinya dan Anggi. Sayang, Bara memilih Lily, anaknya dari Anggi. Bara ingin meninggalkan Anggi, namun tidak ingin menyakiti hati anak semata wayangnya itu.

Sejak saat itu, semua berubah. Kemesraan diam-diam di kantor antara Seren dan Bara tidak pernah terjadi lagi. Bara menjauh, Seren tak kuasa mendekat. Yang tertinggal hanya patah hati dan frustrasi. Sampai suatu hari, Seren mendapat tawaran untuk menjadi guru bahasa Inggris SMA, impiannya sejak dulu yang terlupakan karena Bara keburu menawarinya kerja di perusahaan yang sama dengan tempat Bara bekerja. Seren lalu mencoba mengambil kesempatan itu dan ia diterima. Ia pun pindah kerja menjadi guru.

Kehidupan menjadi guru anak-anak SMA tidaklah mudah. Ada satu muridnya yang pintar namun nakal, Kenzo, yang selalu mempersulitnya. Ada pula Elang, guru musik yang dingin namun selalu memperhatikannya. Perlahan-lahan, kehadiran Bara mulai memudar dalam hati Seren, berganti keceriaan baru yang menghiasi hari-harinya.

Namun, ketika Bara akhirnya kembali untuk memperjuangkan cinta mereka, mampukah Seren menolaknya? Ataukah ini pertanda, bahwa akhirnya Seren dapat memenangkan cintanya?

Tuesday, August 4, 2015

WINNER - Giveaway Heartling

Hai teman-teman, saya datang lagi buat ngumumin pemenang giveaway!!

Penasaran? Penasaran?

Oh iya.. sebelumnya, saya mau kasih tahu dulu. Buat kamu yang belum menang di giveaway blog ini, jangan kecewa dulu, karena blog tour Heartling masih berlangsung dan setiap host punya 1 buku untuk dibagikan. Sekarang, blog tournya ada di Kubikel Romance.

Yang beruntung memenangkan buku Heartling adalaaah...

ENI LESTARI (@dust_pain)

SELAMAAT!!!
Silakan kirim alamat dan nomor telepon kamu ke martina.s.daruli@gmail.com dengan subject "Pemenang Heartling" selambat-lambatnya hari Kamis, 13 Agustus 2015 ya.

Setelah ini, akan ada blog tour Segenggam Daun di Tepi La Seine. Jangan sampai ketinggalan yaa!!

Monday, August 3, 2015

Paper Towns

Author: John Green
Publisher: Speak
Year Published: 2008
Pages: 305


Quentin Jacobsen--or Q--had been obsessed with his popular classmate and neighbor, Margo Roth Spiegelman, since his childhood. The beautiful and unique Margo. But just like the other unpopular students, Quentin couldn't reach Margo so that he just liked to look at her from his bedroom window. One day, Margo appeared in Q's room, and asked Q to join her one night adventure. Together, they had to fulfill 11 missions, from breaking into their classmate's house to breaking into the Sea World. It was such an unforgettable night for Quentin so that he thought that starting that night, his relationship with Margo would change. But what came the next day surprised him.

That night, I lay on my side, staring out the window into the invisible world outside. I kept trying to fall asleep, but then my eyes would dart open, just to check. I couldn't help but hope that Margo Roth Spiegelman would return to my window and drag my tired ass through one more night I'd never forget. 

Margo had left her house. And it's not the first time. Her parents had lost their patient and decided not to care. However, Margo was already 18, which is considered as adult. They thought Margo was just looking for attention as usual, since on her last departure, she had left some clues--which her parents decided to ignore--and came back by herself after being ignored. But Quentin couldn't stay quiet. He really felt that this time, Margo was serious and maybe she had planned something horrible to herself.

Quentin then searched for the clues Margo had left. With the help of his two best friends, Ben and Radar, Quentin searched and analyzed Margo. What he found later, made him realize that maybe, the true Margo Roth Spiegelman was not like what he had imagined before.

Here's what's not beautiful about it: from here, you can't see the rust or the cracked paint or whatever, but you can tell what the place really is. You can see how fake it all is. It's not even hard enough to be made out of plastic. It's a paper town. I mean, look at it, Q: look at all those culs-de-sac, those streets that turn in on themselves, all the houses that were built to fall apart. All those paper people living in their paper houses, burning the future to stay warm. All the paper kids drinking beer some bum bought for them at the paper convenience store. Everyone demented with the mania of owning things. All the things paper-thin and paper-frail. And all the people, too. I've lived here for eighteen years and I have never once in my life come across anyone who cares about anything that matters.

Sunday, August 2, 2015

Winner - Blog Tour Zodiac Date


Halo teman-teman!!!

Terima kasih atas partisipasi teman-teman dalam Blog Tour buku Zodiac Date karya Acha Salim.
Ada 10 peserta giveaway dan semuanya tentu memberikan jawaban yang menarik terkait sifat dan penilaian zodiac mereka.

Satu pemenang beruntung (beruntung, karena dipilih lewat Random.org) adalah...



Peserta urutan jawab ke-5 alias Rizky Mirgawati!!!

Selamat untung pemenang. Hadiah buku akan dikirimkan oleh penerbit Transmedia ke alamatmu. Tolong kirim alamat dan nomor teleponmu ke martina.s.daruli@gmail.com dengan subject "Pemenang Zodiac Date" selambat-lambatnya hari Selasa, 4 Agustus 2015.

Buat yang lain, ayo ikutan giveaway lainnya. Selain giveaway ini, masih berjalan giveaway Heartling dan akan datang Blog Tour dan Giveaway Segenggam Daun di Tepi La Seine. Silakan follow blog ini lewat facebook, NetworkedBlogs, Google+ atau email untuk update-nya.


Saturday, August 1, 2015

Book Launching: Segenggam Daun di Tepi La Seine



Halo teman-teman!! Kali ini saya membawa kabar menarik lagi seputar acara perbukuan. Jumat kemarin, 31 Juli 2015, saya mendapat undangan Book Launching novel terbaru lini Amore Gramedia Pustaka Utama. Judulnya Segenggam Daun di Tepi La Seine, pengarangnya bernama Wuwun Wiati.

Sebenarnya, saya bisa dapat undangan karena akan menjadi salah satu host blog tour buku ini, yang diikoordinir oleh Luckty dan akan berlangsung di minggu kedua Agustus (TUNGGUIN!!!). Ada 7 kursi yang diberikan kepada kami. Tapi sayang, karena host yang lain berdomisili di luar Jakarta, maka cuma saya yang bisa hadir. Dan saya pun meminta dua teman saya, Dinoy dan Sofi, menemani. Hehe.

Launching buku oleh Mbak Wuwun Wiati dan Mbak Hetih Rusli dari GPU